Untitled [Eps 1]

by - 4/03/2014


Pernahkah engkau menjatuhkan hatimu pada seseorang bahkan saat kau belum pernah bertemu dengannya?

Konyol pasti ya. Tak mungkin. Sebagian orang yang kutanya demikian. "Mana mungkin bisa, jatuh cinta sebelum pernah bertemu?", elaknya.

Tak sama dengan kebanyakan manusia, Love at the first sight. Cinta pandangan pertama katanya, haha yang aku kira itu hanyalah tipuan semata. Pandangan itu identik dengan fisik. Dan cinta pandangan pertama pasti karena "dia cantik banget", atau "hihi dia ganteng". Berbeda dengan apa yang terjadi padaku setahun yang lalu. 

Ketika aku sedang berusaha menghilangkan bayangan seseorang yang selama lima tahun ini tak kunjung pergi, aku mengenal seseorang yang mengajarkanku cara memaafkan orang lain. Ia yang membuatku percaya kalau aku bisa melupakan seseorang itu. Ia yang menitihku, membantuku hingga aku bisa dan sanggup untuk memaafkannya. Tidak, mungkin bukan karena aku bisa tidak menyukai lelaki pertama yang aku sukai dan mengajariku cinta dan luka itu, tapi karena secara tidak sengaja pula aku malah menjatuhkan hatiku padanya. Secara tidak sengaja.

Cinta yang baik itu seperti apa? Pertemuan yang baik itu seperti apa? Bagaimana pertemuan yang engkau inginkan? Apa kau ingin berpapasan dengannya di kampus lalu dia mengambilkan bukumu yang jatuh seperti di layar kaca sana? Atau kau ingin bertemu dengannya di sebuah bus, atau kau ingin bertemu seseorang lewat dunia maya? Saat kebohongan dapat terjadi. Saat tipuan dan muslihat di lombakan untuk dipercaya. 

Tanpa bertemu dengannya sejauh itu aku bercerita. Ini adalah kali pertama aku percaya pada seseorang tanpa mengenalnya. Aku tipe manusia yang tidak mudah percaya orang lain. Dan inilah fakta yang terjadi. Aku percaya padanya, bahkan aku mampu menceritakan satu kisahku yang tidak banyak aku bagi kepada orang lain, tanpa aku tahu mungkin dengan sejuta kebohongan atau sejuta rahasia yang ia punya yang aku tak ketahui. Aku tidak peduli. Aku nyaman bersamanya, itu cukup.

Seperti pepatah yang berkata "kau bisa menikah dengan siapapun, tapi hati, ia akan tau kemana akan berlabuh" sepertinya memang benar. Kita bisa berusaha untuk menikahi siapapun di dunia ini, tapi tidak dengan hati, ia punya jalur dan keajaibannya sendiri. 

Mengenalnya dengan misterius seperti ini cukup membuatku berkesan. Perkenalan kami tidaklah begitu serius. Hanya teman berbagi chat. Dan bodohnya saat itu aku berpikir bahwa akulah perempuan satu-satunya yang sedang ia sapa di setiap malamnya, tanpa berfikir ada 19.336 mahasiswa lain di kampus ini yang bisa ia sapa dalam waktu bersamaan. Aku mulai tertipu, bukan olehnya, mungkin oleh euforiaku sendiri.

Entah apa yang merasuki aku, sepertinya ada kupu-kupu yang menari-nari di dalam perut ini ketika ada bunyi beep dari facebook itu.
"Yis, karokean yuk".
"Gila", sanggahku.
"www.karokeparty.com , buka terus sign up"
Dan aku, robot yang dikendalikan perasaan ini hanyut. Karoke tengah malam dan deadline itu menjadi hal yang membuatku nyaman. Entah. Sungguh entah apa perasaan ini. Mungkin hanya kagumku saja. Aku membantahnya.

Rasa nyaman itu kian saja merajuk hati. Rasa kagumku akannya yang luar biasa itu memberi warna. Luar biasa. Meski setelah aku tahu, ia buaya. Banyak sekali teman perempuannya. Dan aku? Aku bahkan tak tahu siapa yang berada di sebelah chat roomku bersamanya. Mungkin saja...ada elis-elis yang lain di dalam chat roomnya ketika senja sudah nampak.
Perempuan masih dalam kodratnya, pencemburu. Tidak, bukanya tak beralasan, saat itu aku hanya ingin memutuskan untuk biasa saja, maka akhirnya aku mulai menghindari ia. Tak mau lagi. Aku ingin menyerah dengan rasa aneh ini.

Tak peduli dengan orang lain yang mungkin juga menginginkannya. Tak peduli siapa perempuan yang duduk di sadel belakang motornya, tapi jangan lupa pakai helm ya :).  Tak peduli siapa perempuan yang menemaninya makan,  tapi jangan sampai lupa makan ya :).  Tak peduli sesibuk apapun ia dengan aktifitasnya yang aku tak tahu, tapi jangan kecapean ya, istirahat yang cukup :).  Harapku hanya itu.  Seputih awan diatas sana, jujur, aku sudah menjatuhkan hatiku, dengan ikhlasnya, pada sosok itu.

Bahkan ketika  mata ini belum diizinkan menjumpa ia.

You May Also Like

0 comments