Freedom Writer

Udah 19 tahun. 19 tahun mencari-cari "Cara belajar paling baik itu kaya apa sih?" "Gimana sih cara belajar biar gampang mudeng?" udah lama nyari-nyari jawaban itu. Dan sekarang baru ketemu, cara belajar paling ampuh adalah mengajar. Nggak percaya? Ini nih alasanya.
Dengan mengajar, setidaknya engkau di paksa untuk belajar materi itu terlebih dahulu kan dari orang yang kau ajarkan. Kau belajar memahaminya dahulu semampumu.
Dengan mengajar, kau belajar berbicara di depan umum, kau dituntut untuk bisa menjelaskan semua materi. Dan tak jarang banyak yang berbicara masih gemeteran saat menjelaskan di depan kan.
Dengan mengajar, kau belajar memahami orang lain, memahami kemampuan daya serap orang lain, dan kau belajar sabar.
Dengan mengajar, kau belajar beropini, belajar mempertahankan opinimu jika ada seseorang yang bertanya dan menyanggah apa yang sedang didiskusikan.
Dengan mengajar, kau belajar menjadi penuntun yang baik.
Dengan mengajar, kau menumbuhkan akar-akar ilmu yang kan semakin banyak.
Dengan mengajar, kau belajar sabar menghadapi orang lain.
Dengan mengajar, kau belajar betapa sulitnya jadi seorang guru.
Dengan mengajar, kau belajar banyak sekali hal.

seperti :

عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ،
ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس»
Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

Jadilah sebuah akar yang menerukan ke akar yang lain, janganlah jadi akar yang mati.
Semoga kita menjadi orang-orang yang bermanfaat.

Kenalkan, namanya Siti Robingah. Umurnya sekitar 60-70 tahun, aku nggak ngerti persisnya. Dan beliau adalah mbah utiku. Mbah utiku satu-satunya sekarang. Dan aku mencintainya.
Memang sih, semua nenek-nenek itu bawel, kadang aku juga sebal mendengarkan ocehannya, dan kadang aku memilih dia daripada aku harus menjawab pertanyaannya yang tiada batas berentinya.
Tapi ada yang aku salut dari beliau. Gigih. Ya beliau orang yang sangat gigih. Dari muda, sampai umurnya saat ini beliau masih bekerja.Masih gigih njemurin cengkeh, masih gigih jadi pedagang. Masih ingin memberi uang kepada cucunya, membantu anak-anaknya yang kesulitan, dan tidak pernah mau meminta apa-apa dari anak-anaknya.

Hal yang selalu aku ingat adalah saat tidur dengannya ketika aku pulang dan ketika beliau ada dirumahku, padahal aku sering pura-pura sudah tertidur agar tidak diajak cerita hihi aku nakal.
Dan disisa hidupnya kini yang dilakukannya adalah belajar ngaji dengan benar. Beliau hidup di jaman perang. Jaman Islam masih sangat sulit. Aku tak salahkan, aku tak salahkan kenapa eyang uti tidak belajar tajwid dulu ketika belajar Alquran dulu. Aku tak salahkan mbah uti yang selalu saja lupa membedakan dimana "jelas" dan dimana harus "dengung", mana yang idzhar dan mana yang ikhfa. Tapi tetep aja beliau itu gigihnya minta ampun kalo udah belajar, ngga pernah ada capeknya.

Ya, aku tak salahkan, dan aku berkata saat itu "Mbah ngangge Alquran sing wonten artine mawon, ben saget diamalaken, mbah uti saget moco kan?" dan jawabannya adalah " Ya ora, mbah ya ora bisa maca, bisa maca arabe tok". Ceesssss hati gue.
Subhanallah aku baru tau mbah uti nggak bisa baca, dan dia hanya bisa baca arab aja, tapi aku juga kagum atas kegigihannya, kadang ingin sekali aku bacakan arti-arti dari setiap ayat yang beliau baca. Aku ingin sekali.

 "Mbah pingin ke Palembang lagi, ketemu ibunya mbah." 

Degggg "Elis masih punya uyut?" hati aku bertanya-tanya.
"Masih lah di Palembang kan masih ada ibunya mbah uti", sambung mama.
dan hati akuuuu, rasanya kalo aku nggak kuliah udah aku aja yang terbang nemenin mbah uti ke Palembang sana (gaya banget sok pahlawan gue haha). Ah mbah uti, rewel, cerewet tapi aku selalu kangen, selalu kangen cium pipi mbah uti hihi. Kangen nganterin sayur terus ngeliatin mbah uti sarapan di toko mbah uti. Ngga papa lah, seneng sekarang liat mbah uti udah nggak di toko lagi, udah nggak capek kan ngangkat-ngangkat jemuran cengkeh lagi, nggak harus ngupasin kacang tanah lagi. Nggak harus ngaji di depan toko lagi. Udah kaya gini aja terus ah ya.
Nanti kalo elis dirumah janji deh ngaji sama elis terus :)

Dan disini aku merasa sangat beruntung, bisa baca, bisa baca arab juga, tapi kadang masih saja malas itu ada, dan aku selalu inget pesen mbah uti aku "Baca Alquran tiap hari, bacalah walau satu ayat lis".

Hehe walaupun mbah uti nggak akan baca postingan aku (ini sih jelas), tapi mungkin orang yang baca setidaknya akan ingat dengan neneknya yang jauh disana. ^.^

Hahaha
Liat judulnya aja udah kebayang kan ini apaan?
Yap. Dikampus hari ini emang lagi ada flowers day, acara anak HIY gitu menggalang dana dengan tema flowers day.
Tanya itu apaan? boleh, itu sejenis hari bertebaran bunga dimana-mana, kecuali di masjid barangkali hihi.
Dan inget ya, ada 2 aturan di hari ini:

selain itu? don't expecting too much okay?
Inget, kalo kamu mahasiswi, tolong baca aturan dari Flowers Day ini, kamu harus memenuhi setidaknya salah satu dari aturan tersebut. Kalo nggak, udah deh balikin aja tuh muka sama hati kalo ada mbak-mbak bawa segepok bunga :p
Nah!
Bunga itu kan simbol kasih sayang, simbol "care" dari seseorang itu sendiri. Sebenernya sih care ngga harus pake bunga, care itu perasaan yang bisa diimplementasikan dengan apapun, dan sisi care itu akan keliatan sendiri kok.
Sebenernya aku bingung sama diriku sendiri, antara aku diragukan kecewekannya, atau aku ini memang anti mainstream. Disaat yang lain dapet bunga dari orang ngga dikenal atau dari pacar sekampusnya, aku malah dapet ini terpampang manis di plat nomor.

Ngga tau deh itu apaan, dan kenapa, dan siapa yang meletakan disana hahaa. Ngga ngerti juga ada orang yang bener-bener perhatian, sampe-sampe rela buka tasnya, nyobek buku dan nulis itu buat aku haha. Emang perhatian itu ngga harus diukur sama bunga :p .

Untung aja aku 'ngeh' duluan itu ada disitu, kalo nggak..yassalaaaaam, sepanjang sukabirus platku ketempel gituan? Oh God.

Suudzon ngga boleh ya? ermm, tapi aku tau pelakunya siapa :D siapa lagi kalo bukan yang dulu ngerjain ginian juga dikosan -_- R(inisial) parah!

Setelah aku selidiki dan aku todong si R, akhirnya mengakui, kalau ini adalah ulah dari bapak satpam.

Dan -_____-" mukaku begini.

Tentu aja aku nggak percaya gitu aja, tapi R bilang beneran, itu ulahnya, dan bapak satpam.

Fyuuuuuh, ya ampun elis -_- dapet surprise ginian bukannya bunga haha.

Makasih R dan pa Satpam, seenggaknya kalian bikin aku senyum kan tadi di parkiran :)

Dan satu hal lagi, yang tidak bisa aku ceritakan disini, terimakasih "flowers art"nya ya. Terimakasih telah menyelipkan namaku disana.

hai cinta.

udah lama ya kita nggak ketemu.

udah lama juga kita nggak saling sapa.

aku sampai lupa bentuk matamu.

aku sampai lupa seberapa tinggi badanmu

aku sampai lupa bau parfummu.

aku sampai lupa tawa khasmu.

udah berapa tahun coba?

berapa tahun?

ya aku juga sampai lupa.

dan aku emang ingin lupa.

sampai-sampai perjuanganku melupakanmu itu sampai kaya gini.

sampai aku harus papras semua isi dari lemari dunia mayaku ini.

aku udah usaha kok buat lupa.

giliran udah ada motivasi untuk lupa, kamunya dateng lagi.

tanpa dosa banget.

dateng say hi gitu aja.

dan aku bisa apa?

yaudah kan aku cuma bisa telungkup dibawah bantal saat aku baca sapaan manismu semalam "malam liz"

berbulan-bulan nunggu kamu online, nyapanya baru kesampaian :')

dan kamu ngga tau kan mukaku kek apa?

aku udah berusaha loh lupa.

aku berusaha menjauh dari semua hal yang berbau kamu.

semua hal yang membawaku untuk ingin tau tentang kamu.

herannya kenapa waktu nggak pernah tepat?

disaat aku mulai keukeuh pergi dari kamarmu, kamu malah balik lagi seolah tidak terjadi apa-apa.

aku bingung tau.

sebelah hatiku ingin nanya sama kamu.

sebelahnya lagi cuma bilang "sudah, yang sudah biarlah sudah"

lagian itu kan luka, ngapain coba diinget-inget kan?

apalagi sama permintaan maafmu.

aku cuma bisa "iya aku jg"

setelah itu aku baru sadar kalo aku udah bisa maafin kamu.

kalau aku emang sudah tidak menyimpan-nyimpan sesuatu lagi.

kalau aku emang sudah bisa.

ya aku bisa.

aku senang bukan main pas itu.

apalagi aku sudah dengan biasa saja menanggapimu.

ini hal yang luar biasa bagiku loh :)

itu kemajuan yang luar biasa.

aku bisa ngobrol tanpa bawa perasaan hihi

bener-bener kek ngobrol sama orang biasa

dan itu hebat.

hatiku udah sembuh ternyata.

oke aku catet!

aku catet sebagai wejangan darimu ya :)

(walau kau bilang terlalu tua dengan kata wejangan)

dan aku masih heran sama diriku sendiri.

dengan mudahnya aku bisa maafin kamu.hihi

mungkin karena teman ceritaku dulu itu yang memotivasi.

yang selalu bilang cobalah untuk memaafkan dan merelakannya.

setelah aku bergerak untuk mencobanya, dan aku bisa..

makasih ya, orang-orang yang menginspirasi.

keduanya.

sekarang semuanya udah baik-baik saja.

aku bersyukur.

terimakasih.keduanya.

Harapan. Sebenarnya kata-kata ini yang selalu memotivasi dalam hidup. Memotivasi untuk tidak mengeluh, untuk tidak suudzon terhadap takdir. Tetapi kata-kata ini pula lah yang membuat hati orang hancur. Hancur seperti yang dialami Alila malam itu. Harapan yang semula sudah datang satu persatu, mesti hilang ditelan badai mendadak. Bagaimana ia tidak kaget? Melihat dan menyaksikan harapannya terbakar. Ia bakar tanpa tanya dahulu apa salahnya? Apa dosanya?
Tapi sejak itu Alila sadar, jika harapan itu terlalu membuatnya membuncah, maka harapan itu pula yang dengan entengnya dibakar oleh orang lain. Harapan itu menyenangkan apabila disertai dengan tindakan, tetapi dia bisa jadi sesuatu yang sangat menyakitkan.

"Sebenarnya siapa yang membuat kita kecewa? Kita sendiri. Bukan orang lain. Kita tidak akan pernah kecewa jika kita selalu mengendalikan harapan. Mau secanggih apapun orang lain memupuk pesonanya, menimbun perhatiannya, kalau kita sempurna mengendalikan hati, no problem at all. Mau se-PHP apapun orang2 ke kita, kalau kendali harapan itu di kita sendiri, tidak akan mempan."
-Tere Liye

 Itulah, itulah kenapa Tuhan tidak hanya memberikan perasaan saja pada kita, tetapi juga otak, pikirnya. Hati itu untuk merasakan, dan otak untuk berfikir. Berfikir atas apa yang dirasakan oleh hati. Masalah hati memang "gila". Banyak hal yang belum ditemukan jawabannya, masih teka-teki. Mungkin saja. Yang jelas kendalikan harapanmu, jangan sampai harapan yang mengendalikanmu.


Gini nih kalo lagi stress nggarap tubes, kerjaanya malah nulis -_-
nulis ngga penting gini hihi gapapa lah ya :D

"Ra cek DM dong",kata Fai. "Iyeiye",kataku. Kukira ada hal penting yang akan disampaikannya mengenai kuliah, tetapi malah "szzzzzz", batinku. " Ra aku mau curhat", kata Fai. "Yaudah cerita aja", kataku sambil tersenyum.

"Ra blablablablabla", cerita Fai dengan semangat. Dia masih menceritakan gadis idamannya dahulu itu, gadis yang menurutnya sangat cantik dan tiada duanya. Aku tetap menyemangatinya dengan seperti biasa menyemangati orang-orang yang bercerita kepadaku akan suatu hal. Aku berusaha jadi pendengar yang baik, sekaligus mengambil hikmah dari ceritanya untuk pelajaranku. Hal yang aku tangkap dari kata-katanya yang paling aku suka adalah sesuai judul cerita ini, dia berkata terakhir kalinya. "Biarlah kisah kami bergulir seperti film",katanya menutup perbincangan. Aku sedikit terhenyak. Otakku berfikir pelan-pelan. Kenapa aku nggak mikir dari dulu ya? Allah itu kan sutradara terhebat, Dia sudah membuat jalan cerita orang masing-masing, lalu apa yang dikhawatirkan? "Rara kau bodoh sekali", kataku dalam hati.

Saat bercermin aku berkata "Ya Allah biarlah kisah kami bergulir seperti film, dan aku pesan kepadaMu sebuah film yang berakhir indah".