Ketika Akhlak dan Jilbab Disangkutpautkan
Ulat bulu selalu bermimpi jadi
kupu-kupu.
Senja jelita menyapa di jendela.
Angin sejuk ini mengantarkanku kepada pandangan kosong seseorang disana. Beban
segunung tergantung di dahinya yang putih. Diana.
“kenapa wajahmu murung Di?”
“Seburuk itukah aku dimata
orang-orang? Apa orang berjilbab itu harus alim? Apakah orang yang belajar ilmu
di pondok pesantren harus lebih alim dari yang lain?”
“Itu urusan pribadi menurutku Di.
Orang lain itu hanya boleh mengurusi hubungan kita ke sesama manusia, dia tidak
berhak mengurusi hubungan murni kita dengan Allah, itu sangat pribadi”
“Lantas apa yang harus kuperbuat?
Apa aku harus bilang, aku sudah tak kuat dibicarakan olehnya, seolah-olah aku
ini orang paling jelek akhlaknya. Seolah-olah dia orang paling alim sedunia”
“Kenapa
tidak kau adukan saja pada Allah daripada kau harus buang tenaga untuk bicara
dengan orang macam dia?”
Setiap manusia terlahir dengan
fitrah yang sama. Seperti gerimis kecil yang turun sore ini, semuanya sama,
putih bersih tanpa noda. Tapi ia punya takdir yang berbeda. Ada yang harus tertiup
angin dan jatuh terhempas dari daun kemudian hilang tak berbekas tergeletak di
tanah retak, ada yang bertahan sampai mentari pagi melenyapkannya, ada yang
bersembunyi dalam kepingan beling sehingga ia lebih lama bertahan.
Seperti manusia, terlahir sama di
mata Allah, terlahir dari Ibu yang sama-sama wanita, tapi akan tumbuh menjadi
pribadi berbeda, tapi bukankah perbedaan itu layaknya bunga yang akan
memperindah taman? Tak ada yang minta terlahir menjadi orang kaya, orang
miskin, ustadz, atau pemabuk. Dulu kita sama-sama seonggok daging yang
dipinjami ruh oleh Allah. Lalu apa
pantas kita sombong?
Tumbuh memakan umur yang sudah
ditetapkan oleh Allah, tumbuh dengan latar belakang yang berbeda. Namun satu tujuan kita, jadi manusia yang
lebih baik. Selalu perbaiki diri, itu kuncinya.
Saya sedikit tergelitik ketika
ada yang bilang “sekarang mah copet aja pake kerudung”. Sedikit terhenyak hati
ini mendengarnya. Sebegitu globalkah orang menilai sesuatu? Datang nila setitik,
rusak susu sebelanga. Tak saya salahkan, saya memang pernah menemui ibu-ibu
pencopet berkerudung macam ini, entah apa maksud dan tujuannya. Saya tau ibu
pencopet itu salah, sangat salah, tapi
ibu itu akan lebih salah dan berdosa apabila tidak mengenakan jilbabnya bukan?
Jilbab dan akhlak adalah 2 hal yang berbeda.
“Kerdus-kerudung dusta”. Ungkapan
yang sama, namun kali ini dipakai untuk kalangan muda ababil di Indonesia.
Banyak ikhwan yang saya lihat dengan pedenya update status kata-kata ini, dan
dikomen sehingga jadi trending topic barangkali. Rasanya ingin saya lempar kaca
ke mukanya. Apa sudah merasa suci? Apa sudah merasa jadi pribadi yang lebih
baik? Gemes.
Anak-anak SMA yang berjilbab tapi
masih nakal biarlah, mungkin mereka memang waktunya untuk seperti itu, mungkin
mereka belum tahu kebenarannya, mungkin mereka belum menemukan puzzle kehidupan
mereka. Setidaknya mereka jauh lebih baik daripada saya yang diumur mereka
belum sadar betul jilbab itu gunanya buat apa, hadistnya apa :’)
Anak-anak kuliah yang berjilbab
tapi masih belum sempurna biarlah, beri saja contoh tanpa harus menyakitinya.
Beri pengertian sehalus mungkin, jangan dengan kata-kata yang menyakitinya.
Karena saya tau benar perasaan Diana seperti apa ketika ia harus diberi kritik
setajam petir di siang hari. Sholat dan lainnya itu urusannya dengan Tuhannya,
tak usah mencampuri terlalu jauh. Mungkin mereka belum menemukan puzzle cinta
dari Allah. Lebih baik doakan saja, tak usah terlalu banyak aksi yang menyakiti.
Berjilbab tak sholat berdosa,
tapi sholat tak berjilbab pun berdosa. Apalagi tidk sholat dan tak berjilbab.
Jadi jangan nilai kami dari salah satu sisi saja, kami ini masih belajar. Kami
belum pintar seperti ustadzah kami.
Kami akhwat hanya ingin mentaati perintah Tuhan kami untuk menutup Aurat. Kami manusia seperti kalian, kami juga masih banyak sekali dosa dan khilaf. Ibadah kami pun belum sebagus kalian, belum serajin kalian. Maka bantu kami Akhi, bantu kami agar kami memiliki akhlak mulia dan ibadah yang baik seperti kalian para pemimpin kami kelak, agar tak ada lagi orang-orang seperti kami. Agar kalian tak perlu repot-repot untuk membenci dan membicarakan kami. Masalah itu biarlah menjadi urusan kami dengan Tuhan kami. Yang kami minta dengan kalian adalah nilailah kami dari dua sisi, jangan hanya dari jilbab kami. Itulah kenapa kami butuh kritik dari orang lain. Nasehatilah kami dengan cara yang lembut, dengan cara yang bisa kami terima, hati kami ini rentan akan kata-katamu Akhi. Doakanlah kami, supaya Allah membantu proses pembelajaran kami ini, kami akan berusaha menyeimbangkan jilbab dan hati kami ini, kami akan berikan yang terbaik. Kami belum sempurna, kami masih jauh dari sempurna seperti yang Akhi harapkan. Kami ingin menjadi kupu-kupu, tapi kami masih ulat bulu.
image from tumblr.com
Gimana dengan saya? :D
Saya bukan orang baik, bukan
orang alim, masih banyak sekali
melakukan dosa, masih sering menyakiti orang lain, kadang masih malas
beribadah, karena beribadahpun ada pasang surutnya (katanya koor lazis saya sih
gitu :D), tapi saya mau mencoba, dan kau
harus tau, Akhlak dan Jilbab itu 2 perkara yang berbeda.
Jika engkau berjilbab dan ada orang yang mempermasalahkan akhlakmu,
katakanlah pada mereka :
“bahwa antara jilbab dan akhlak adalah
hal yang berbeda. Berjilbab adalah murni perintah Allah, wajib untuk wanita
muslim yang telah baligh tanpa memandang akhlaknya baik/buruk, sedang akhlak
adalah budi pekerti yang bergantung pada pribadi masing-masing. Jika seorang
wanita berjilbab melakukan dosa/pelanggaran, itu bukan karena jilbabnya, namun
akhlaknya.”
“Yang berjilbab belum tentu berakhlak mulia, tapi yang berakhlak mulia
pasti berjilbab”
Wallahu a’lam
Tulisan ini ku dedikasikan
teruntuk sahabatku Diana dan Uun. Tak usah hiraukan kata orang sayang, toh
orang yang berbicara seperti itu juga belum sempurna. Berterima kasihlah
padanya, ia peduli padamu, mungkin saja cara penyampaiannya saja yang belum
begitu enak. “Jangan lihat siapa yang
menyampaikan, tapi lihat apa yang disampaikan ya sayang, woles and keep rock!”
[aspirasi perempuan yang belum sempurna
menyeimbangkan akhlak dan jilbabnya]
7 comments
ukhti.. aq copas ya kata2 nya.. makasii ya ukhti sgt menginspirasi buat jawab org2 yg suka menyamakan jilbab dg akhlak.. miris :(
ReplyDeleteiya ukh dilahkan. Begitulah manusia suka men-generalisasikan sesuatu. Semangat ya :) Terimakasih sudah berkunjung!
DeleteIzin copast ya
ReplyDeleteSilahkan Adlini, terima kasih sudah berkunjung :)
DeleteIjin copas ukhti...
ReplyDeleteSilahkan mbak Irma, terimakasih sudah berkunjung, salam kenal :)
DeleteUkhti izin copas ya, menginspirasi banget kata katanya😊
ReplyDelete