Untitled [Eps 3]

by - 4/03/2014

Aku menjalani hidupku tanpa chat-nya. Untuk beberapa waktu aku tak masalah. Sampai aku lupa kalau sebelumnya aku masih turn off chat dia. Sibuknya hari tak membuatku ingat masalah sepele ini. Sampai suatu hari ada chat muncul

"Kok kamu jarang ol sih"
"Hah kata sapa? aku sering ol kok, kaka aja yang nggak liat"
"Ih beneran deh, kamu block chat aku ya?"

Otak ini mulai bekerja akan hal yang sudah aku lakukan lebih dari sebulan yang lalu itu. Aku lupa.
"Hah engga kok", kataku.
"Coba deh kamu klik kanan, turn on chat di kotak chat aku"
Aku mengikuti apa yang ia perintahkan.
"Nah kaaaaan tuh langsung ijo :p"
"Ih aku lupa gatau itu kapan -_-", elakku malu. Ternyata ini orang nungguin aku onlen :') Dan dia merhatiin aku juga padahal udah block chat dan otomatis akan terlihat selalu off di matanya.
"Eyis kalo aku ada salah, atau ada amanah yang belum terselesaikan ngmg aja yah, jangan sampe block chat", ungkapnya.
Aku hanya bisa tersenyum kala itu. Ya. Senyum menyambutnya datang lagi. Dari perjalannya yang aku tak tahu, dan aku tak mau tahu...

"Karoke yuk, udah lama gak karoke nih", ajakmu.
"Ngga mau. sama temen kaka yang lain aja :)"
"Yah plis..."
"Nggak mau"
"Kali ini aja dong.."
"Kaka kan punya temen banyak"
"Kaka maunya sama eyis"
Oh men, aku bodoh untuk kesekian kali. Akhirnya ini terjadi lagi. 

Bodohnya aku yang selalu percaya pada kembalinya engkau. Padahal belum tentu kau akan tinggal.


Kita kembali menjadi kita yang dulu. Yang saling tahu tapi tidak kenal. Apa menurutmu aneh mengobrol apa saja dengan orang yang belum pernah kau temui?
 Ini terjadi padaku dan terasa sangat konvensional, kadang akupun berharap ada yang lebih dari sekedar percakapan menjelang tengah malam. Namun, kini pertemuan tidak lagi penting bagiku. Bagiku, garis kenyamanan dan saling menemukan kecocokan itulah yang penting dan sudah lebih dari cukup. Sedikit klise bukan? Ya, bagi dua orang yang tidak saling mengenal, tapi mengetahui lebih banyak mengenai satu sama lain.

Menurutmu, jika kita saling mengenal, apakah kondisinya berubah, apakah kita tidak akan sebebas ini bercerita tentang apa saja kepada satu sama lain?
Maksudku, hubungan kita ini eksklusif karena ketidaktahuan kita mengenai satu sama lain. Karena itu, kita jadi lebih terbuka membicarakan segalanya. Seandainya saja, kita sudah saling mengenal sebelumnya, aku rasa ada beberapa batasan yang membuat beberapa topik yang tabu untuk dibahas. Dalam diriku selalu bertanya, seberapa lama hubungan ini akan terus berjalan? Apa ini bisa disebut hubungan?

Kamu itu seperti air. Sulit ditebak. Kadang kau keras bagai es, membuatku enggan. Kadang kau semanis sirup. Cair dan menyejukkan.

Suatu hari jika salah satu dari kita memutuskan untuk berhenti, bukankah tidak ada pernah cara untuk kembali karena kita tidak memberikan jalan untuk saling menemukan?



You May Also Like

0 comments