Oh Ternyata

by - 6/10/2013

 Bunganya udah mau tumbuh. Tapi ternyata sinar matahari yang diharapkan tidak begitu baik hari ini.

Aku mengenalmu sudah hampir 4 tahun lamanya. Aku mengenalmu dekat sudah hampir 3 tahun. Lama ya? Ya selama itulah aku coba membawamu ke jalan yang lebih baik. Tahu kan? Inget kan tahun-tahun pertama aku mati-matian mbina kamu? Menjauhkanmu dari dunia balap mu, menjauhkanmu dari dunia main-mainmu, menjauhkanmu dari dunia rokokmu. Tau kan? Dan aku senang aku bisa membantu, aku senang aku jadi sebagian hidup yang mungkin suatu saat kamu bisa inget dan tersenyum kecil akan hal itu.

Tau kan 2,5 tahun aku sama kamu kaya apa? Betapa aku mati-matian menjauhkanmu dari dunia kekerasan kamu. Aku yakin sampai mati kamu nggak akan lupa. Sikapmu yang..ahh, sudahlah aku tak mau buka aib orang disini. Aku tau kamu, kamu tau aku kan?
"Aku mau berubah mbe, aku nggak mau kaya setan lagi, bantuin aku" katamu.
"Iya", kataku sambil tersenyum getir malam itu.

Setelah itu aku senang kamu berenti balapan, kamu mengurangi mainmu dan mau belajar, dan tidak tanggung-tanggung kan di puji Bu Desti akan nilaimu yang semakin membaik, aku senang kamu mencoba mengurangi rokok. Walau kadang masih saja aku mendapatimu dengan rokok itu. Ahh aku tau semua orang nggak gampang pergi dari rokok kan aku tau. Aku mengerti.

Lulus sekolah SMK dan aku memilih kuliah, dan kau bela-belain kuliah di kampus yang sama, aku senang, namun akhirnya kamu memilih kerja. Oke. Bandung-Jakarta kukira tidak terlalu jauh, mungkin saat rindumu datang kau bisa menemuiku. Begitu pula sebaliknya.
Ternyata tidak. Sikapmu masih belum berubah, over protectmu terhadapku masih tidak berubah. Kau tau ini kampus teknik? Di kelas jauh lebih banyak anak cowoknya kan daripada cewek, bukanya SMK juga gitu ya? Ya itulah, kau masih belum berubah. Kau masih saja kekanak-kanakan.

Singkatnya kami berakhir. Tidak, hubungan kami yang berakhir. Tapi tdak dengan kami. Aku nggak tau, aku nggak tau apa yang membuatmu berubah. Kau berubah 180 derajat setelah kita menyelesaikan semuanya? Ah aku tidak habis pikir.
"kenapa baru berubah sekarang?"
"Aku nggak tau, ya aku sekarang sudah kaya gini"

Emang hubungan kita berakhir. Dan aku nggak tau apa yang membuatmu berubah sedrastis ini. Apa perlu waktu selama ini untuk membuatmu berubah? Apa perlu waktu kita harus selesai dan musuhan seperti ini. Aku juga nggak tau alasanmu memusuhi aku. Kau yang putuskan aku, kau yang musuhi aku. Aku bingung.
"Aku udah pernah janji kan buat ke Bandung dulu? Aku mau tepatin janji aku", katamu tiba-tiba.
"Nggak usah, lagian kamu udah bukan sapa-sapa aku kan, aku jg udah lupa janjinya", bantahku.
"Nggak, aku udah janji dan aku akan tepatin"
"yaudah terserah"
Dan akhirnya beneran ketemu, rasanya aneh. Seperti kita nggak ketemu sehari, seperti kita nggak pernah putus. Seperti ermmmm yah rasanya biasa aja.

"Aku minta maaf"
"Buat?"
"ya pokoknya aku minta maaf"
Aku tau kamu pemalu banget kalo suruh ngakuin kesalahan haha dan aku seneng ngetrol kamu dibagian ini.
"Kita nggak bisa lagi kaya dulu ya?"
"Nggak. Kan kamu tau sendiri aku nggak mau pacaran lagi sampe PA kelar".
Kulihat ekspressi sedihmu kala itu, sedikit sakit menolak penawaranmu, tapi aku harus punya prinsip. Aku nggak suka jadi orang yang gampang di bujuk. Aku sudah bukan elis pacarmu yang dulu. Aku sekarang mahasiswa, dan aku punya prinsip.
"Tapi kalo kamu lagi capek sama kerjaan dan mau main, kamu boleh main ke bandung kok", kataku.
Sudahlah aku pingin baik-baik aja sama orang ini.
Dan yah hari ini ketemu kamu lagi. Aku seneng. Aku seneng ada yang nemenin aku main, nemenin aku buang bosen dan capek aku sama kuliah. Dan aku seneng ada yang beliin eskrim lagi akhirnya setelah sekian lama. Aku disini cerita aku main sama siapa, aku pergi sama siapa, aku ngerasa kamu ini bukan orang lain. Kamu ini kan mantan aku, kaka aku, adik aku, sabahat aku yang paling baik sedunia dan tiada duanya. Dan kamu? Yaa, aku harus mengorek dan memaksamu untuk cerita kamu disana main sama siapa, main kemana. Dan aku bisa ngerti. Aku nggak boleh marah kan? Aku tau posisi kita.
"Difoto facebook aku ngeliat kamu ngerokok lagi"
"Itu kan pas aku lagi galau-galaunya putus sama kamu"
"Oh. tapi kan dua kali, yang pertama sih iya, yang dikegiatanmu ke gunung salak itu kayaknya kita udah baikan deh"
"ah itu..."
Aku menelan ludah. Oke aku harus terima. Kamu bukan urusanku lagi.

Hari keberangkatanmu.
Ku siapkan semuanya, minum, makanan, dan semuanya. Tak lupa aku masukan hadiah kecilku untukmu. Aku masukan tasku.
Tibalah di pool travel biasamu.
"niiih", ku berikan kado kecilku, dengan senyum malu.
"Apaan nih"
"Kan kemaren nggak sempet ngado ulang tahun"
"Iya ini isinya apaan, aku buka ya"
"Aaaaaaaah gaboleh, bukanya nanti di jakarta aja"
"yaudah makasih ya, kamu loh aku nggak pernah ngasih apa-apa, kamu kasih aku terus."
"ih apaan cuma gitu aja kok"
Sambil nunggu travel yang ternyata hari ini telat, akhirnya kita mulai berbincang. Kesana kemari membahas apa yang aku lakukan disini dan dia.
"kamu tuh, foto berdua sama cowok lagi huh"
"Loh emang kamu nggak? kamu juga kan pergi sama piut kan berdua ke kota tua, pake makan dan main seharian emang apa bedanya. Aku aja disini nggak pernah main sama cowok berdua. Kan kamu tau foto itu sama temen sekelas pas lagi nggarap project."
"ya sih tapi kamu umpetin di laptop"
"Siapa yang umpetin? nggak diaplot bukan  berarti ngumpetin kan?"
"Sama aja" bentaknya
Dia marah. Mukanya udah berbeda.
"Ciee baju baru", godaku
"oh iya dong. Udah ganteng belum?"
"wekkkkkk"
"Ih nggak ngaku ya, anak gaol jakarta nih lo", ucapmu pede.
Dan entahlah aku dapet ilham dari mana. "ANAK GAUL JAKARTA", pikirku. Aku mendengarnya dan aku berfikir. Aku inget status twitter dia "pusing banget kepala gue" dan mention dia ke temennya "kepala gue masih pusing bekas semalem di ancol coy"
Aku beranikan untuk bertanya lagi. Dulu sebenarnya aku udah pernah tanya, tapi dia mengelak dan dia bilang "aku nggak ikut-ikutan, aku cuma nongkrong doang".
Tapi kali ini aku tergelitik untuk cari tau lagi.
"Kemaren di ancol itu kamu minum ya?"
"enggak"
"Boong"
"beneran yee.."
"Ah nggak percaya"
"Yaudah kalo nggak percaya"
"Yaudah demi apa?"
"Demi kamu"
"Ah gitu, demi Tuhan berani nggak?"
"Aku nggak mau demi Tuhan gitugitu ah, nanti kaya arya wiguna kan Demi Tuhaaaan wkwk", godanya menurunkan ingin tahuku
"Nggak mau, pokonya demi apa"
"Demi kamu reweeeeel"
"Kan berarti bener, tuh kan senyum-senyum"
"Loh, marah salah, senyum-senyum salah, gimana sih harusnya" ujarnya grogi
Seberapa bisa sih kamu menyembunyikan sesuatu dari aku? Aku kenal kamu, aku tau kamu bohong atau nggak.
"Bener kan kemaren minum di ancol kan?
kamu hanya menghindar dan tersenyum, aku terus mendesak.
"Bener kan?"
"IYA"
"hah?"
"Iya beneran kemaren aku minum".

dan CRASH </3


hati gueeeeeeeee, Ambulance please!

rasanya itu kaya aku nggak kenal kamu. Aku tau kenakalanmu tapi aku tau kamu nggak minum. Aku tau. Dan sekarang? Mentang-mentang udah jadi anak gaol jakarta? iya? Mentang-mentang udah ngerasa jadi pegawai, udah dewasa gitu? Atau hanya pergaulanmu aja yang terlalu dewasa? Bukankah kamu punya otak? Bukankah kamu bisa bedakan hitam dan putih? Baik dan tidak? Hah?
"Aku ngerasa nggak kenal kamu", ucapku lirih
Aku cuma nelen ludah, mataku udah berair. Ku ambil handphoneku di tas untuk menutupi mata ini. Aku yakin kamu tau perubahan rona wajahku saat itu.
"Kok wallpapernya ganti", ucapmu mencairkan suasana. Yang jelas-jelas wallpaperku dari kemaren ya ini dan udah sebulan mungkin nggak ganti. Ah, basi banget kata-katamu barusan.
"Dari kemaren udah ini kok wek", ucapku seolah-olah tidak terjadi apa-apa

"Kayaknya aku salah deh kasih hadiahnya buat kamu"
"Kenapa?", ucapmu sambil coba meraba kado dariku.
Kamu ternyum padaku dan bilang "Aku tau yang kecil ini apa. Ini yang dari mekah kan? dari papa? Ini alat sholat? Sarung ya?"
"Bukan wek"
"Yang ini buku?", tanyamu sambil meraba kotak yang lain.
"Emang kamu suka baca buku?"
"Alquran?"
"Kayaknya aku salah yah kasih kadonya"
"Kok kamu tau sih disana aku nggak bawa"
"Aku minta sesuatu dari kamu, ada pesannya kok di dalem dibaca dulu ya"
"Paling suruh ngapalin suratan -_- plis lah mbe"
"Enggak lah, mana mungkin aku kasih kamu se sulit itu, nanti baca aja"

"Sarinaaaaaaah", operator udah nyuruh penumpang masuk mobil.
"udah tuh mobilnya, yuk", ajakku.
"Udah sana kamu pulang duluan, ati-ati ya"
"Enggak udah sana naik mobil dulu aja"
"Daaaaah"

Aku pulang. Dijalan kepikiran lagi.Aku sakit. Gilaaaaa beneeeeer, itu orang.
Nggak ngerti apa?
Udah pergi, aku udah coba lupa, coba nggak peduli.
Kamu baik dan aku coba tata bungaku lagi. Coba lagi percaya sama kamu akan pribadimu yang baru, yang udah jauh dari pribadimu dulu. Dan? Aku ngerasa nggak kenal sama kamu.
Nggak ngerti ya? 2-3 tahun yang lalu itu susahnya kayak apa?
Sekarang,kamu ancurin lagi kepercayaan yang udah aku coba kasih buat kamu.


Aku tau aku bukan siapa-siapamu. Aku hanya serpihan masa lalumu. Aku tau harusnya aku nggak peduli. Tapi untuk tidak peduli denganmu itu hal yang sangat sulit bagiku

Aku tau kamu nggak bakal baca tulisan ini. Kamu bahkan nggak tau blog aku kan? Ah sudahlah, aku hanya ingin menulis aku kecewa hari ini.
Ramalan cuaca elis besok: Semoga suatu saat kamu baca ini. Atau setidaknya kamu sadar sendiri (entah dapat ilham dari mana aku tak peduli). Dan suatu saat aku harap kau akan menyesalinya, kau harus berfikir dua kali sebelu bertindak. Ku harap jika kita bertemu lagi, kau sudah sedikit menyadarinya.

You May Also Like

0 comments