Sebegini Hancurnya

by - 3/26/2019

Dua hari yang lalu, Sawwaka video call dengan Akung di kampung. Seperti biasa, menanyakan kabar semua yang di rumah. Ternyata, Akung sedang tidak enak badan. Punggungnya sakit, dalam beberapa hari ke belakang, sampai ia tidak bisa tidur, begadang tiap hari katanya.

Saat itu aku merasa masih biasa saja. Apalagi Papa bilang sudah ke mantri di dekat rumah, meskipun tidak ada perubahan. Lalu Mama membelikan obat di apotek, yang katanya jadi mendingan. Meskipun dengan muka lemas, mata berkantung, Papa masih saja melayani customernya di toko. Ia masih giat mencari nafkah untuk keluarganya. Aku bangga.

Telepon sudah kututup. Tidak ada perasaan apa-apa. Semoga Allah menjaga Papa.

Dua hari setelahnya, yaitu hari ini, aku dengan sigap membalas story whatsappnya soal Papa. "Papa sakit?", pikirku. "Ah, mungkin punggungnya yang kemarin", pikirku lagi.

Lalu Aa menjelaskan, kaki papa lemas. Tidak bisa jalan. Seketika aku yang lemas mendengarnya. Jantungku seperti berhenti berdetak untuk beberapa waktu. Hatiku hancur seketika.

Apalagi ketika aku tanya kabar Papa sekarang, Aa membalas dengan foto Papa diatas kursi roda, terlihat sakit dan lemas. Hati ini semakin remuk, pecah berantakan.

Oh...Allah...

Ya Rahman... Engkau adalah Maha Penyanyang, maka sayangilah Papa.

Aku begitu sayang Papa, ya Allah...
Aku masih butuh waktu untuk berbakti padanya. Aku masih butuh banyak waktu untuk membuatnya tersenyum. Meski mungkin hingga saat ini, aku masih belum bisa membuatnya bahagia. Tapi aku tetap ingin melihat ia sehat dan ceria ya Allah. Matanya yang berbinar saat ia bicara, gerak tubuhnya, suaranya, pertanyaan-pertanyaan ingin tahunya, aku masih ingin ya Allah.

Ya Allah, berikanlah Papa kesembuhan, kesembuhan yang tiada sakit setelahnya.









26 Maret 2019 15:40
Tertulis di meja kantor, saat hatiku bersama Papa.

You May Also Like

0 comments