Rasanya Menikah (Kata Orang)

by - 9/05/2017


Di bulan-bulan menjelang pernikahan ini, ermmm kalian jangan ketawa gitu dong, kan aku jadi malu. He he he. Jadi menjelang pernikahan beberapa bulan lagi, tepatnya setelah khitbah dan memutuskan untuk menikahi seseorang, memberikan hidupku yang selamanya itu, insya Allah untuk berbakti dan beribadah bersama orang asing yang insya Allah akan aku pertanggung jawabkan penuh dunia akhirat. Ya, setelah khitbah kami mulai melakukan beberapa persiapan. Dan persiapan pertama yang kami lakukan adalah mengucapkan basmallah. Ya, kami akan memulai semua ini dengan nama Allah, dengan harapan Allah yang akan menjaga semuanya.

Dalam proses itu, beberapa orang jadi tahu, dan tidak mengapa bagiku, untuk sedikit memberikan senyum rona bahagia sedikit malu-malu jika ditanya perihal menikah. Kemudian tanpa sadar, orang-orang sekitarku menjadi lebih peduli dari biasanya. Entahlah, mungkin memang sudah fitrah. Seseorang yang hendak menikah akan diberikan nasihat-nasihat baik dan buruknya pernikahan yang orang-orang itu sudah jalani. Dari situlah, kami akan banyak belajar, mengambil yang baik dan menyingkirkan yang kurang baik. Agar nanti rumah tangga kami, adalah rumah tangga yang baik untuk dijalani seumur hidup kami.

Kata sebagian orang, "kenapa sih lu buru-buru nikah?"
Sebagian orang bilang, usiaku masih muda. Masih harus mengejar banyak hal. Kuliah, pekerjaan, mimpi, target sendiri. Dan mereka bilang, "Lu nggak mau main-main dulu aja apa? Kenapa buru-buru sih, gue loh belum nikah". Kalau memang aku mengedepankan ego diriku sendiri, mungkin aku belum mau menikah sekarang. Aku masih mau ekstensi atas biaya sendiri, aku mau cari beasiswa S2, aku masih mau berbakti kepada orangtuaku dengan jerih payahku sendiri, aku masih mau ini itu semuanya. Namun kemudian semua ego itu hilang, pupus seperti kabut paginya Jakarta. Itu hanya dunia, lis. Dunia loh, yang kata Allah tidak lebih berat dari sebelah sayap nyamuk.

Ada tiga hal yang harus disegerakan, yaitu shalat tepat waktu, memakamkan jenazah, kemudian menikah.

Untuk menjawab pertanyaan di atas itu, kenapa harus buru-buru nikah di usiaku, aku akan tulis beberapa pandangan orang-orang yang sudah menikah untuk referensi kalian, yang masih juga enggan menikah di usia produktif. Aku bilang usia produktif loh ya, bukan muda. Kalau kalian masih teenagers, it means belasan tahun itu bisa dibilang nikah muda, tapi bagi kita yang umurnya sudah di fase dewasa awal, aku kira ini adalah usia produktif untuk beribadah, selagi mampu.

Kata orang, menikah menutup salah satu pintu zina.
Bukankah dengan menikah aku bisa beribadah? Ibadah yang pahalanya sangat besar. Sampai-sampai seorang istri diperbolehkan masuk surga lewat pintu mana saja yang ia kehendaki, dengan prestasi di ibadah satu ini. Iya kan?

Kalau aku tidak menikah sekarang, kemungkinan aku masih membukan pintu zina, meski aku berusaha untuk menjauhinya. Aku tidak bisa menundukan pandanganku dari yang haram. Bukanya beribadah, malahan dosaku semakin banyak. Setidaknya dengan menikah, kita akan dituntut untuk menjaga diri dari yang haram.

Kata orang, menikah adalah cara mendulang pahala dengan cepat.

Kemudian aku kadang iri, pada sahabatku yang sudah lebih dulu menikah. Dia mungkin pahalanya udah banyak ya, menjadi istri yang shaleha, berbakti pada suaminya. Sementara aku? Di usia ini, yang sebenarnya sudah cukup untuk menikah, masih sibuk mencari dunia. Sampai kapan, lis? Pahala dia udah banyak, naiknya sangat pesat, sedangkan kamu, pahalanya masih jongkok, Allah, sepertinya aku butuh fastrack untuk raih pahala dengan cepat.


Bayangkan saja, ada riwayat yang menyebutkan, jika seorang istri memberikan makanan/minuman kepada suami dan suami memakannya, pahalanya sama saja dengan haji/umroh. Belum lagi jika seorang suami istri berpegangan tangan dan saling berpandangan dengan cinta, maka Allah memandang mereka dengan cinta dan dosa-dosa mereka luruh dari sela-sela jemari mereka. Kalau mau tau coba googling aja deh pahala istri di google. Masya Allah banget pokoknya, udah langsung  bikin baper ingin banyak mendulang pahala.

Kata orang, menikah adalah sebuah perjalanan. 
Hidup ini adalah sebuah perjalanan. Bukan tempat tinggal seperti yang kita sangka selama ini. Bayangkan kita hanya sedang dalam sebuah kereta yang tujuannya adalah rumah kita, akhirat. Bukankah perjalanan adalah bukan sesuatu yang selamanya? Dan ia pastilah memiliki akhir. Lalu siapakah yang ingin memiliki rumah yang indah?

Rumah yang indah itu perlu di bangun, perlu dibeli. Begitupun rumah kita di akhirat sana, perlu di bangun dengan usaha-usaha kita di dunia. Perlu di beli dengan sedekah dan amalan-amalan kita di dunia. Aku yakin benar tidak ada hal instan di dunia ini. Seperti mie instan yang pun harus di rebus terlebih dahulu. Selalu ada proses, tidak ada sesuatu yang benar-benar instan. 

Dan ketika kita ada di sebuah perjalanan, kita punya pasti menginginkan perjalanan yang menyenangkan, yang nyaman, yang aman. Kemudian yang kita butuhkan adalah seorang partner perjalanan hidup yang akan membuat perjalanan kita di dunia ini berwarna.Yang bersamanya, perjalanan sejauh apapun terasa tidak melelahkan. Yang bersamanya perjalanan adalah sebuah kebahagiaan, yang kita sedih ketika perjalanan itu berakhir, karena kita masih ingin bersamanya.  Dia adalah teman hidup kita. Maka dari itulah, mencari teman perjalanan adalah bukan pekerjaan mudah. Karena dialah yang akan menjadi penyebab menyenangkan atau tidaknya perjalanan kita. Semoga kita dapat menemukan partner luar biasa yang akan kita bersamai sampai surga, aamiin. 

Tapi, kata orang, menikah itu enaknya sedikit.
Kata banyak orang yang sudah menikah, menikah itu enaknya dikit, sisanya enak banget. Kesel kan? Iya sih kalau dipikir-pikir. Aku yakin pasti senengnya akan lebih banyak dari pada sedihnya. Iya sih akan ada masalah juga, dari mana-mana. Dari personnya, dari keluarga, dari manapun itulah. Tapi aku yakin bahwa komunikasi yang baik akan mengawal semuanya. Ada banyak cara untuk menyelesaikan masalah, dan Allah telah membuat jalan keluar sebelum Ia menghendaki ujian terhadap kita. 

Orang tidak menikahpun, dikasih ujian kok. Apalagi menikah? Dua orang menjadi satu, pastilah di uji juga. Tapi aku yakin, mencari solusi berdua adalah lebih baik dari sendiri. Galau berdua adalah lebih asik daripada galau sendiri. Dan menangis berdua akan lebih menenangkan daripada sendiri. Setidaknya kita punya tempat bersandar. Bahu yang siap sedia menjadi tempat kita menangis, dan seseorang yang siap sedia menjadi teman ngobrol kita, seumur hidup. 


Hmmm...ini adalah beberapa hal yang aku temukan dari orang-orang yang sudah menikah. Akupun belum tau kebenarannya, nanti setelah aku benar telah menikah, aku akan buat postingan Rasanya Menikah (Kata Elis) yah! Biar aku buktiin kalimat mereka ini semua, ha ha ha.

You May Also Like

0 comments