Hidup. Apasih yang dinamakan hidup? Bernafas? Apa bernafas saja sudah bisa dikatakan hidup? Tidak. Bernafas tapi tidak bermanfaat buat orang lain sama saja dengan mati. Bernafas tapi tidak memiliki attitude yang baik kepada orang lain sama saja dengan mati. Dan bernafas tanpa orang-orang yang kau cintai, itu hampir mati. Mungkin seperti udara hari ini. Harum petrikor masih terasa dengan jelasnya. Bukankah hujan sudah menepati janjinya terhadap bumi?

Pagi ini aku sudah berada di sebuah bus. Duduk di kursi dekat jendela, dan mataku tak henti-hentinya memandang nanar setiap pohon yang bergerak mundur. Tidak, aku tidak sedang kabur dari rumahku, atau bahkan dari hidupku yang bahkan belum kumulai ini. Aku hanya perlu pergi sebentar, mengunjungi pepohonan, aku takut mereka rindu.

Suasana bus tidak begitu ramai. Dan ini membuatku berpikir terlalu dalam. Ada seorang kakek di ujung sana, sendirian. Mau kemana ia gerangan? Hmm...aku jadi rindu kakekku. Kemudian aku hanya bisa menyembunyikan senyumku dan gurauanku pada langit. Kira-kira apa ya cerita hidup kakek itu, apakah ia bahagia, atau ia sedang sedih karena berteman kesendirian.Atau bahkan, dalam kesendirianlah ia malah bertemu bahagia, seperti aku.

Ingin rasanya, membaca kisah hidup seseorang hanya dengan memandangnya saja. Ingin rasanya, tak perlu menerka-nerka apa yang sedang ia rasakan, apakah ia sedang cemas atau sedang bahagia. Ingin rasanya, bisa melihat perjuangan seseorang dari kerutan di dahinya. Sehingga dengan itu, mungkin saja aku bisa mengurangi persentase manusia meng-under estimate manusia lain. Karena kita tidak pernah tau, apa saja yang ia lalui untuk sampai pada hari ini. Apa saja yang sudah diambil darinya sampai hari ini. Mungkin kita bisa lebih saling menghargai?