Dahan

by - 7/19/2015

Cinta, tak selalu milik dua orang. Kadang ia hanya hinggap di salah satu dahan. Sendirian. Sedangkan hati, gemar pergi menari ke tempat yang tak sengaja ia ingin hinggapi. Ya. Disana ia hinggap. Di sebongkah dahan paling bawah di pohon itu. Dahannya memang terlihat tegar, kokoh, tapi sombong. Ia tak mau menggoyangkan daunnya tanda selamat datang. Dahan itu hanya diam. 

Cinta tak selalu harus tersampaikan. Kadang ia tersesat, salah alamat. Tapi percayalah, bahwa tulang rusuk dan yang punya tidak akan tertukar. Nikmati prosesnya sajalah. Toh kamu takkan lelah. Cinta bukan berarti harus selalu bersama. Kadang, yang tak sering bersama malah yang bertahan lama. Bersama, tapi dalam lorong yang berbeda. Bersama, tapi kau tidak akan pernah tahu.

Cinta juga kadang suka sembunyi. Jika tak kuasa ia sembunyi dibalik keegoisan diri. Di balik punggung besar itu dia mengintip. Ia mengintip lewat kaca di depannya. Meskipun yang bisa ia lihat hanya bayangan, tapi hatinya sudah cukup. "Jangan sampai ia tahu", batinnya.

Tidak harus selalu indah, malah kebanyakan banyak nyebelinnya. Tapi kau tahu, setiap aku terasa menyakitimu aku menyesal. Aku ingin tau kabarmu aku tak tahu bagaimana caranya. Sedangkan aku, dahan yang mengharapkan senja. Memaksa.

Pernahkah kamu jatuh hati, pada seseorang yang bahkan tidak berani kau sapa. Yang bahkan memperhatikan warna bola matanya pun kau tak pernah. Bahkan tak berani. Pernahkah kamu jatuh hati, pada seseorang hanya karena wajah kalian pernah berbenturan sekali di tengah jalan? Dan jarak mata kalian mungkin hanya sebatas satu jengkal. Bukan, bukan adegan romantis, tapi justru kalian sedang bertengkar!

Jatuh hatikah ia? Pada rembulan malam, dahan berharap, angin malam ini tidak begitu menggoyahkan dirinya.

You May Also Like

0 comments