1436

by - 7/17/2015

Dear Ramadhan,
Di Manapun kau berada.

Hari ini, 1 Syawal 1436 H. Namun diantara gempit gempita lebaran tahun ini yang kurindukan malah engkau. Sementara...hmm..kutahu engkau sedang menempuh perjalanan jauh sebelum kembali, insya Allah jika diberi umur yang cukup.

Ramadhan kemarin bagiku, adalah ramadhan dimana banyak sekali keinginanku untuk hijrah, namun untuk sepenuhnya masih terasa tak mudah. Masih banyak hal mengganjal yang perlu kutelusuri awal dan penyelesaiannya.

Ramadhan, maafkan aku. Seperti lagunya Rhoma Irama yang kudengar tadi pagi lewat radio dapur,
Bila sudah tiada baru terasa...
Bahwa kehadirannya sungguh bermakna
Sungguh berat aku rasa, hidup tanpa dia
Sungguh berat aku rasa, kehilangan dia
Kalau sudah tiada baru terasa...
Ya. Ramadhanku telah pergi. Dan kesedihanku sudah tiga hari ini. Entah, mungkin kamu bisa bilang ini pencitraan, alah omdo, terserah sajalah. Namun aku benar-benar sedih. 

Kenapa aku bisa sedih?

Target ramadhanku....berantakan.

Terlalu fokus mengurusi dunia, sampai akhiratku terlalaikan. Rasa sesal itu ada, ketika menunggu laitlatul qadar di sepuluh malam terakhirpun rasanya beda dari tahun kemarin. Rasanya...Apakah aku pantas berdoa di malam yang penuh maghfirah itu? Pantaskah?

Allah... Terlalu banyak hal sia-sia yang aku lakukan di ramadhanMu kali ini, berarti aku telah membuang waktuku untuk perkara yang sia-sia. Allah, Engkau menyukai ampunan, maka ampunilah aku ya Rabbal Alamin..

Seandainya ada remidial, aku akan mengambilnya. Namun remidi hanya bisa di ramadhan tahun depan. Ya Rabbal Alamin, sampaikanlah umurku, umur kami semua yang menangisi ramadhanmu pergi.

Bulan ramadhan adalah bulan yang penuh maghfirah, doa-doa dijabah, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, syaitan dibelenggu. Allah turun di setiap sepertiga malam terakhir untuk mengabulkan doa hamba-hambanya. Dan aku? masih saja tidur. Padahal Allah.......siap mengampuni. (((sedih)))

Seharusnya semakin menjauhi larangannya, tapi aku....masih saja belum bisa menjauh. Padahal aku tau itu salah, aku tahu itu dosa. Tapi... Oh Allah tolonglah, bantu aku. Seandainya bila Engkau menghendaki bisa pasti akan bisa, dan tidak ada sesuatu yang baik apabila bukan karena-Mu.

Hmm... Abis ini ada yang komen atau mbatin "Berdoa tuh langsung sama Allah bukan di blog atau sosmed!", lah namanya berdoa banyak yang tahu kan supaya diaminkan, bukan bermaksud cari perhatian atau apalah-apalah. Mamam tuh iri dengki.

wkwkwkwk.

Well, Menteri Agama Sudah menetapkan 1 syawal jatuh pada hari Jumat, 17 Juli 2015 alias besok! Yap.. tambah sedih :(. Sungguh masih pingin sehari lagi. Masih pingin nambah lembar-lembar alquranku yang belum dikhatamkan di ramadhan ini :'(. Tapi...waktumu sudah habis. Memang aku akui, ngaji saat di rumah itu harus pandai-pandai cari waktu. Habis subuh mandi, lalu ke toko jadi karyawan papa mama. Baca dikit-dikit ketika sepi, dan sisanya harus melayani pembeli. Mendingan dikos, bisa konsen lama, tapi nggak juga deng :D Mungkin memang aku yang kurang semangat atau sedang lemah iman. TOLONG AKU. Ajak aku ke tempat-tempat penuh orang shaleh dan shalehah, biar jadi obat hati huhuhu.

Malam lebaran seperti biasa, mengantarkan zakat fitrah papa mama ke masjid depan rumah, kemudian mengantarkan zakat aku dan kakaku ke TPQ Syaroful Huda, tempat aku mengaji selama kurang lebih 9 tahun. Bangunannya tampak sama, hanya masjidnya jadi lebih besar, sementara pondoknya masih tidak banyak berubah. Selangkah kakiku memasuki halamannya, atmosfer kecilku menyerbak. Aku ingat dimana aku biasa memarkirkan sepedaku yang berwarna hijau itu. Bunyi standard sepeda yang khas, suara anak-anak hafalan, dan aku yang beregas masuk duduk di barisan akhir, sementara Mbak Mimah, guruku memimpin anak-anak berdoa. 

Masih terasa baru kemarin, belajar bahasa Perancis disini, belajar Apa kabarmu Comment allez-vous yang dibaca Kommen tale vu? dan dijawab Bieng, Merci. Dan hafalan angka-angka satu sampai sepuluh. Rasanya ingatan itu baru saja ada. Lalu jika melihat masjid, ingat aku sendirian menggotong bangku panjang yang digunakan sebagai meja lesehan untuk mengaji kepada pak Kyai, sendirian. Karena teman-temanku terkadang berangkat terkadang tidak. Meski sampai sekarang aku sudah lupa tentang beberapa kitabnya dan pelajaran bahasa arab :'D hahaha. Dulu memang tidak menyukai saat belajar bahasa arab, sulit sekaleeeee wwkwk.

Hmm... rindu masa kecil.

Seketika lamunanku hilang ketika muncul dibalik pintu kaca, seorang hafidzah kebanggaanku yang masih saja kurus meskipun memiliki banyak anak, Mbak Mimah. Langsung saja dipeluk dan dicium seperti bertemu ibunya. 
"Sue banget ora tau ketemu elis, jan yakin.. ketemune mung setaun sepisan thok yakin".
Dengan suara dan logatnya yang khas, serta alis mata yang selalu dipicingkan ketika bicara, aku sekarang berhadapan dengan penyelamat hidupku, orang yang mengajariku abatasajimhaho. Ya,  beliaulah yang amat berjasa membuatku tidak buta aksara hijaiyah. Dari mulai Qiroati 1-6 (kalo diumum belajar make Iqra, tapi disini bikin sendiri namanya Qiroati), lalu alquran, belajar tajwid (ada bukunya sendiri dan harus paham bin hapal 100%)baru bisa khatam :'D, lalu belajar Gharib (Ada bukunya sendiri juga dan harus paham bin hapal 10% juga haha, semacam ilmu seperti belajar tanda waqof itu apa saja, ada to qi la ko fa jim, tanda washal seperti lamalif ya wawu za shad, mim mati disebut waqaf lazim, tanda harus berhenti. Titik tiga disebut mu'anaqoh, tanda harus berhenti di salah satu titik tiga, lafalnya memang kaya gitu dan harus hafal wwwkwkwk. Tapi seru.

Tempat ini memang yah selalu bikin aku senyum-senyum pas pulang darisana. Allah itu terlampau baik. Sangat-sangat baik. Nanti jika beliau masih ada, putra putriku harus belajar mengaji disini, atau kalo nanti dibawa suami jauh, belajar sama ibunya aja nggak papa lah walau pas pasan :'D, eh sama abinya aja deng nanti :p kekekekek

Well, kenapa bahasannya jadi ngelantur gini? Karena udah lama nggak posting, ini di post nggak papa ya? Syukur-syukur ada yang baca dan mengamini. he he he

Ramadhan, aku akan menunggumu. Selalu. Semoga dipertemukan, dengan keadaan yang lebih baik.
Sekalian, boleh minta maap lahir batin, nggak?


”Taqabbalallahu minna wa minkum, Shiyamana wa Shiyamakum. Ja’alanallaahu Minal Aidin wal Faizin”
 
“Semoga Allah menerima amal-amal kami dan kamu, Puasa kami dan kamu. Dan semoga Allah menjadikan kami dan kamu termasuk dari orang-orang yang kembali (dari perjuangan Ramadhan) sebagai orang yang menang.”



You May Also Like

0 comments