Tahun Kedua

by - 6/07/2014

1 September 2013. Aku pindah kamar. Meski tidak beranjak dari kos lama yang dipilihkan papa untukku setahun yang lalu itu aku mulai beranjak. Aku memilih kamar atas untuk tempatku berdiam setahun ke depan. Dengan pertimbangan kamar atas yang memiliki akses lebih sulit bagi ikhwan jika membutuhkan sesuatu dariku. Semoga ini langkah yang tepat untukku agar mendapatkan privasi yang lebih. Ku putuskan untuk pindah. Tenaga saat itu aku dibantu oleh seseorang yang memang terlampau baik. Yang mau meluangkan waktu dan uangnya dari Jakarta sana untuk sekedar membantuku memindahkan perkakas karena aku ini manja "Aku gak kuat ngangkatnya, kasur aku kan gede, bantuin" "iya aku besok kesitu". Dan ia memang selalu menepati janjinya. Ia membantuku sampai kamar baru benar-benar siap. Thanks mbing.

Dimulai dari kamar yang baru dan berharap akan ada banyak semangat baru yang dilahirkan. Jiwa yang baru dan tekad yang baru dan lebih bulat dari biasanya. Aku memulai semester tigaku itu dengan suka duka. Dosen semester tiga yang tidak relevan dan tidak nyaman membuatku merasa berat menjalani semester tiga ini. Bayangkan saja, mata kuliah yang diminta lebih ekspert dari tahun pertama (tuntutan anak D3) harapan kaprodi yang selalu menginginkan anak D3 siap kerjalah yang membuat materi itu semakin sulit ditembus. Dosen PBO, mata kuliah serius yang akan dipakai ke depannya lagi yang tidak dapat mengajarkan dengan baik sehingga hanya lulus dengan nilai terbaik namun lewat begitu saja. Multimedia dasar, dengan kehadiran dosen tak lebih dari 30% selama satu semester. Basis data menjadi salah satu mata kuliah andalan yang bisa dikuasai. Sementara praktikum, praktikum yang tidak dapat menghibur karena semuanya bersifat serius. Praktikum Basdat yang dosennya ahhh... sama sekali tidak menyenangkan dan tidak memberikan materi yang begitu berarti. Wus Wus. Cepatnya mungkin seperti bus jurusan Majenang Bandung. Praktikum Multimedia dasar yang menyenangkan karena hanya asprak yang datang untuk mengajar, karena dosen kece yang saat itu mungkin sedang sibuk dan melupakan kewajibannya terhadap kami walau kami telah membayar hak kami sebesar enam koma lima juta itu, dan beliau hanya datang ketika menguji Tugas Besar kami, dengan mudahnya mencecer hasil kami sedang kami tak merasa diberi ilmu oleh Beliau selama ini. Dan Praktikum PBO menjadi satu-satunya praktikum yang diandalkan, dibalik senyum dosen kece yang tiada dua itu lah aku menumpuk beban semua itu. From PBO with love...

Dibalik kesibukan kuliah yang membabi buta itulah tersimpan beberapa tanggung jawab yang tak ayal harus dilakukan. Waktu dalam sehari yang hanya 24 jam terasa kurang. Air mata rasanya terkuras deras... Tuhan aku butuh tambahan waktu....
Sepertinya bukan waktu yang saya inginkan, namun memang managemen waktu dan qalbu yang kurang maksimal.
Mulai dari terlambat kuliah yang jadi kebiasaan, skip kuliah yang ternyata menyebabkan ketagihan, sampai kurangnya resource yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas besar. Sehingga menginap di lab jadi pelarian. Dan aku tidak ingin itu terjadi lagi. Menginap dilab dengan segala fasilitas itu tetap menjadi kesalahan yang tidak ingin terjadi untuk kedua kalinya dalam hidup. Cukup untuk semester tiga. Cukup di bulan separo ini. Setengah perjalanan hidupku di kampus ini.
 Dan ternyata, liburan akhir semester yang aku inginkanpun, harus dikorbankan oleh jalan-jalan dari sekolah ke sekolah untuk mempromosikan kampus kami. Kapan liburan? :') 

Semester tiga berlalu dengan meninggalkan nilai yang masih dalam target. Dua nilai B yang menghiasi KHS semester ini sempat di protes mama namun ku jawab dengan santainya. Aku bukan manusia yang terpaku dengan nilai. Apa adanya sajalah...

Dan selamat datang semester empat. Dimana yang aku harapkan adalah managemen waktu yang lebih baik lagi dan otak serta hati yang diharapkan dalam keadaan yang maksimal. Bulan sedang terang-terangnya. Sedang purnama, semester 4 dari 6 semester yang harus ditempuh. Haruslah jadi semester untuk mengukir hal-hal luar biasa.

Dengan berbekal harapan aku ambil 19 sks paket dari kampus. Tak ingin tambahan. Senang rasanya memiliki sedikit SKS yang harus ditempuh. Mungkin memang jika dilihat kuliah akan jarang karena hanya 19 sks, namun sks anak d3 dengan s1 itu bebannya berbeda bung, tolong jangan samakan kami, kami memang sedikit berbeda.

Akhirnya kaprodi kami menawarkan satu mata kuliah semester 5 untuk diadakan di semester 4, Wawasan Teknologi Terbaru, dan aku bersyukur ada mata kuliah ini, penyegaran karena hanya mata kuliah ini yang paling nyantai dan dosennya badai.

Perkuliahan yang berjalan memang tidak semulus pantat bayi. Mulai dari dosen yang hilang-hilangan, mahasiswa yang sudah jenuh dengan dosen yang sama, dosen yang semuanya sendiri, dosen yang PHP, sampai dosen yang tertukar..
Praktikumpun  berasa tak jauh berbeda, memang semester ini praktikum tidak menemui "coding" namun apalah daya jika nilai lebih tinggi yang kami harapkan berbenturan dengan standar asisten yang ternyata tinggi, juga dengan dosen praktikum yang tidak membuat kami nyaman saat praktikum. Berulah di praktikumpun kami lakukan, SP 1 dan 2 dikeluarkan kaprodi karena ulah kami, tentu saja kami ingin kualitas dosen yang baik, yang seimbang dengan biaya yang sudah kami keluarkan. Teguran kepada dosen juga kami layangkan atas sikap dosen yang menurut kami berlebihan. Sungguh, semester ini terasa sangat warna warni.

Dan urusan organisasi yang semakin membingungkan, jadwal padat yang tidak mau mengerti. Terlebih semester ini adalah waktu dimana HIMADIF berdiri. Suka duka yang ku alami dibalik pembentukannya, rapat sampai pagi yang tidak dihindari. Aku sudah terlanjur berkecimpung di dalamnya, namun niat hati ini hanya ingin membantu sedikit demi terbentuknya himpunan ini, ketika ditanya "mau jadi pengurus?" jawabanku masih "tidak" aku hanya ingin jadi saksi dimana himpunan ini terbentuk, kalau untuk mencoba di dalamnya aku belum mampu, masih banyak amanahku yang terlalaikan, masih banyak tanggung jawab yang harus dituntaskan. Meski tak ayal hati ini ingin sekali, bekerja bersama teman-teman yang memang sudah akrab, yang memang rasanya sudah seperti keluarga sendiri. Namun aku berpikir lagi, dari awalpun memang aku tidak berniat menjadi panitia founder, aku masuk dengan sesukaku, bahkan ketika ditanya "divisi apa?" aku bingung karena aku bukan siapa-siapa. Karena saat itu aku hanya ingin tau dan menilai kinerja teman-temanku.

Well, semester ini aku disibukkan dengan Proyek Tingkat 2 yang rasanya begitu berat, maaf kuucapkan untuk Ipin, karena aku rasanya sedikit sekali berkontribusi. Semoga Tuhan membalas semua waktu dan ilmu yang sudah kau curahkan. Maaf aku tidak banyak membantu. Dan, anak-anak TPA yang kadang mengunjungiku ke kamar, bahkan saat aku sedang bersiap untuk rapat di kampus. Mereka datang tepat saat peniti sebelah kiriku hampir tersemat. Tepat ketika aku siap beranjak. "kaka mau kemana? ayok ih ngajar" kalimat yang sama yang berulang beberapa kali saat aku melihat mereka dibalik pintu. Dan beribu alasan masih terucapkan, sementara sebenarnya hati ini begitu ingin berjalan bersama mereka ke masjid. Dan lebih dari 1 bulan, aku sama sekali sepertinya mulai melupakan mereka. Sepertinya managemen waktuku benar-benar bobrok.

Dan tak lupa untuk masalah hati, yang kemudian mendapatkan badai di tengah perjalanannya menjaga diri. Badai yang amat besar. Badai terbesar yang pernah aku alami. Dibohongi. Bukan hanya masalah perasaan, tapi ini masalah attitude. Masalah bagaimana kita memposisikan diri. Bagaimana seorang perempuan punya harga diri. Bagaimana seorang manusia yang harus menyelesaikan masalahnya.

Orang yang agamanya baik, ia akan memperlakukan orang lain dengan baik, jika ia memperlakukan orang lain tidak baik, berarti ilmu agamanya belum baik  - Bhagasan

Memanglah hati itu benda kecil yang sulit dimengerti. Namuun setiap manusia memang harus memiliki atitude yang baik terhadap sesamanya, tak peduli siapa yang salah. Sakit hati, gemes, benci, dan tak peduli yang menghinggapi hati ini memang terasa berwarna sekali, mulai dari cacian yang diluncurkan bagiku, padahal rasanya ingin kulemparkan kaca diwajahnya. Terlebih lagi untuk masalah lisan. Semoga kita terhindar dari sifat orang yang mau menjilat ludahnya sendiri. Allah knows :')

Paling mudah memang ngejudge orang lain, yang susah itu ngaca. 

 Ditipu oleh dua orang sekaligus memang rasanya sedikit memuakkan. Terlebih salah satunya adalah orang yang sudah kupercaya dan kuanggap adik sendiri. Hahaha. Hidup ini memang indah :p.

Maksudnya, indah ketika memang ada pelangi setelah badai.

Terimakasih untuk semua yang terjadi di tahun kedua ini, terimakasih untuk badai, hujan, dan pelangi. Seperti cuaca Bandung yang memang tidak terduga.

Well, menengok ke target yang ada di postingan tahun pertama dan membacanya membuahkan tanya. "kok bisa nulis begituan ya, apa yang ada di dalam otak saat itu?"

Allahumma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika wa husni' ibaadatik

Syukur tercurah karena ada beberapa target yang tercapai walau mungkin tidak semuanya, setidaknya target itu masih ada di otak ini untuk dijalankan.
1. Alhamdulillah masih mempertahankan 9 yang diawal itu :D
2. Alhamdulillah "cari beasiswa" sudah tercapai :)
3. Alhamdulillah "jadi asprak" juga tercapai :)
4. Mukhoyyam Alqurannya belum tercapai dan belum terencana :(
5. Ke DT buat mabitnya masih belum tercapai namun sudah terencana namun ternyata harus ditunda :(
6. Khilafah MTQ di TV sudah ada info namun masih nunggu info dari kampus :(
7. Memperbaiki diri insya Allah ya Rabb
8. "Jadi orang yang menyenangkan?" ah gatau ini napa juga gue nulis target ginian yak kan ini penilaian orang -_-
9. "Banyak temen" insya Allah berhasil semester ini banyak kenal anak D3 IF kelas lain karena sering rapat HIMADIF :)
10. "Nabung buat batrai laptop?" Gagal :( sudah berhasil nabungnya, namun harus dipakai untuk keperluan lain karena sakit akibat aku sendiri dan gimana rasanya kalo harus minta uang orang tua :(
11. "Jangan boros?" gagal :( God, semester ini uang bulanan selalu kurang dan harus minta tambah terus, managemen keuangan kurang baik :(
12. "Murah senyum" hehe ini penilaian orang tapi rada berhasil lah, rada, belum berhasil banget akakakak.


Target tahun ketiga? Masih dalam pikiran, belum pantas tertuang rasanya. Tahun terakhir itu haruslah menjadi tahun terindah di kampus ini. Dan semoga ditahun ketiga nanti keadaan hati semakin baik. Semoga pelanginya tak kunjung pergi. Hujan saja terus, tak apa selama ada pelangi. Thankyou  E.




You May Also Like

0 comments