Karena Kita Hanya Manusia

by - 6/19/2014

Allah SWT adalah pencipta semua makhluk. Dia lah yang memberi dan mengatur hidup. Dia lah yang mencoba kita untuk naik ke tingkat yang lebih baik. Dia lah satu-satunya tempat berlindung. Dia lah yang Maha Kuasa.

Ketika gadis kecil, Rere menjumpai semua nikmat dunianya ada, biasa saja. Syukur mungkin terlupa oleh padatnya acara. Mendekati-Nya mungkin jadi semakin jarang. Dan kemesraan itu lama-lama berkurang, atau hilang.

"Allah, sayangi aku, ingatkan aku ketika aku mulai menjauh", ucap Rere di penghujung sholat malamnya. Rere selalu ingin dekat dengan Tuhannya. Ia selalu ingin dalam peluk dan lingkaran cintaNya. Ia tak punya siapa-siapa di perantauan ini, yang ia punya hanya Dia. 

Rere sibuk dengan berbagai aktivitasnya, karena ia termasuk mahasiswa sibuk atau ya mahasiswa sok sibuk dengan banyak kegiatan yang ia ikuti dan kuliahnya sendiri. Sampai mungkin ia lupa beberapa amanah yang harus ia emban. Amanah ummat. Amanah dimana ia harus dan memang seharusnya mengerjakan itu. Ia...lupa.

Kemudian di dukung oleh kecerobohannya, ia menjauh dari Tuhannya. Sholat malam yang biasanya ia tekuni mulai tersisih lelah fisik karena deadline yang ia kerjakan tiap malamnya. Puasa sunnah yang biasanya ia sempatkan terlupa karena alasan serupa.

Banyak hal duniawi yang semakin saja bisa digunakan setan membuat kita terlena dengan halusnya, tanpa disadari. Dari mulai acara teman-teman yang tak bisa ia tinggalkan dengan dalih tidak enak. Dari mulai acara yang notabennya memang tidak penting dan lebih banyak mudharatnya yang ia ikuti dengan alasan tak jauh berbeda.

Kamu terlalu banyak hura-hura, Nak...
Kamu kurang lebih sederhana lagi...
Syukurmu kemana, Re?

Jadilah saat itu juga ia diuji. Dicabut sementara indera pendengarannya. "Sementara saja", ucap Allah. "Coba kita lihat seberapa cepat ia tanggap akan kesalahannya", tambah Tuhannya di percakapan dengan para malaikat.

Sore itu ia merasakan sakit yang sangat pada telinga kirinya. Sakit yang teramat sangat seperti mau mati. Bagaimana tidak? Saraf telinga terhubung langsung ke otak. Rere hanya bisa diam dan diam. Kemudian ia menyadari bahwa ia sedang disapa oleh-Nya. Ia sedang diajak bicara.

Sakit yang sangat itu semakin terasa. "Bagaimana ini, aku punya setumpuk tugas yang harus aku kerjakan sekarang!", ucapnya geram. "Aku tidak akan bisa menyelesaikan ini jika untuk mengangkat rahangnya sedikit saja aku kesakitan. Untuk mendengarkan orang berbicara saja aku sakit", tambahnya.

Kemudian...Telinga kirinya berhenti berfungsi. "Rasanya seperti mendengarkan musik Mono, seperti pakai headphone namun hanya satu sisi, menyiksa", keluhnya.

Rere bimbang tiada tara. Ia harus pergi sementara teman-temannya pastilah sedang dalam keadaan lelah akibat acara yang baru ia jalani juga. Pastilah tak ada yang mau, bukan, mungkin ada yang mau, tapi Rere anak yang memang tak akan mau menyusahkan orang.

Datanglah seorang kaka angkatan yang menawarkan bantuan untuk mengantarnya ke rumah sakit kapanpun Rere mau, tapi Rere menolaknya. Ia pacar dari temannya, yah walaupun sedang LDR mana mungkin Rere tega membiarkan orang itu yang mengantarkannya. "Nanti jadi masalah", takutnya.

Rere mengambil handphonennya dan berfikir keras. Siapa...siapa yang bisa ya...

SMS "malem ini free gak?" sudah terkirim ke dua orang. Yang satunya, orang yang amat disukainya. Yang satunya, orang yang baik padanya. "Biar saja yang paling cepat membalas yang akan menemaniku", harap Rere.

"Free, kenapa?", balasan dari seseorang. Sedikit Rere bercerita tentang keluh kesahnya. Kemudian ia langsung bergerak dan berkata "Ayok sekarang aja". Tuhan... Terimakasih aku dikirimkan orang sebaik ini...

Akhirnya Rere mengirim SMS lagi ke orang pertama,"nggajadi ka". Pesan sudah terkirim. Rere tau saat itu, orang itu pastilah sedang sibuk. Rere tersenyum kemudian bergegas mengganti pakaiannya.

Tak lama malaikat baik itu datang dan mengantarkannya ke rumah sakit.
Kisah selanjutnya biarlah menjadi milik mereka.

"Tuhan tidak selalu memberikan yang kau ingin, tapi memberikan yang kau butuh", yeah mungkin ini bener.


Nikmati skenario Tuhan dan rasah kakean njaluk revisi.




*cerita lama yang coba kuberanikan untuk diposting setelah sekian lama mengantri di draft, demi mengingat kebaikan seseorang*

You May Also Like

0 comments