#BondanElisHalal [final]

by - 12/10/2017

Final: Menikah
Allah memang tidak pernah main-main dengan doa hamba-Nya. – Elistianas

Setelah khitbah berlangsung, ada perasaan bahagia yang manis. Ada perasaan bingung yang meradang, dan ada perasaan takut yang sering lewat juga. Setelah khitbah, aku sudah tidak bisa menerima lamaran orang lain. Semata-mata, aku adalah calon istrinya. Calon istri laki-laki yang baru kukenal itu. 

Dalam masa khitbah ke nikah, sebaiknya memang tidak terlalu lama. Bahkan malah ada banyak yang dalam waktu singkat seperti sebulan dua bulan menikah. Masya Allah, luar biasa. Namun kembali lagi ke keputusan keluarga. Kami sadar benar, kami tidak hanya menikah berdua, namun kami juga punya keluarga besar yang harus dijaga hatinya.Terlebih lagi, aku dan Mas memang sedari awal tidak ingin terburu-buru.

Dalam masa persiapan pernikahan itu, ada banyak yang kami siapkan. Selain persiapan semua printilan-printilan pernikahan, ada juga yang lebih penting untuk disiapkan, yaitu mentalMeski sebenarnya ukuran terburu-buru bagi setiap orang itu berbeda, namun kami sepakat untuk menjalaninya dengan ritme yang sesuai bagi kami. Kami tidak ingin terburu-buru dalam mempersiapkan sesuatu, bukan masalah acaranya saja, tapi juga persiapan mental diri kami sendiri. Kami butuh mempersiapkan ego yang mau mengerti, keras kepala yang mau mendengarkan orang lain, dan sifat-sifat buruk kami lainnya secara bijak dan matang.

Dalam kurun waktu itu, banyak pertanyaan yang sering muncul. Bener nih mau nikah? Siap nih 7 bulan lagi menikah? waktu 7 bulan dari tanggal khitbah telah kami pilih, tentunya dengan restu orang tua. Karena pada CV mas sendiri tempo itu, dia menyanggupi menikah setelah 6 bulan dari khitbah. Dan aku memberikan ia waktu 6-12 bulan dari khitbah, karena aku tidak mau jika lebih dari satu tahun mengenalnya lebih dekat. Kan perempuan harus punya deadline 😋

Setelah disetujui keluarga, kami mempersiapkan pernikahan kami dalam waktu 7 bulan saja. 

7 bulan mungkin terdengar lama ya? Tapi percayalah, 7 bulan yang kami lalui itu adalah 7 bulan penuh suka duka, panik, stress, tapi bahagia. Ada sedih bersambut dengan pertolongan Allah, ada bingung yang Allah ulurkan bantuan. Ada jalan buntu yang kemudian Allah lapangkan jalan keluar. Percaya sajalah, Gusti Allah ingkang ngatur 😊

Ada banyak masalah yang tiba-tiba muncul, ada ujian-ujian yang kami lewati. Sungguh, shaitan benar-benar ingin menggagalkan rencana manusia yang akan menikah. Bahkan iblis menjaminkan singgasananya dan memberhentikan tugas jika shaitan tersebut bisa membuat kedua orang bercerai, tidak jadi menikah.

Ada yang nanti tiba-tiba jadi ragu. Ada yang tiba-tiba jadi ingin sendiri, bingung apakah aku siap menjalani pernikahan nantinya, akankah aku bisa terikat, dan banyak pertanyaan insecurities lainnya. Tanpa sadar, shaitan memang dengan halusnya menggoda. Namun percaya sajalah, Allah yang menhendaki ini, maka inilah yang akan terjadi.

Akhirnya kami mampu melalui itu semua, bukan tanpa usaha. Kami selalu berdoa satu sama lain, entahlah Mas bagaimana, tapi dari sisiku, aku selalu berdoa supaya aku selalu dijaga keyakinannya, supaya aku tidak goyah, supaya aku kuat menjalani semua ini. 

Persiapan pernikahan yang kami lakukan adalah kebanyakan ngomongin masalah keluarga, ini itulah semuanya yang harus disiapkan. Persiapan finansial, persiapan mental kami masing-masing. Dan yang paling penting adalah, menjaga tujuan nikah kami tetap dalam tujuan untuk beribadah pada-Nya. 

"Belum sempurna ibadah seorang pemuda, sampai ia menikah", karena itulah, kami memantapkan diri untuk sama-sama belajar. Bahwa pernikahan adalah sebuah proses yang sangat panjang, bukan sebulan dua bulan, setahun dua tahun, melainkan selamanya, sampai surga, insya Allah. Sehingga untuk mempersiapkan hal sekrusial itu, perlu dilakukan dengan pemahaman-pemahaman yang searah, seimbang, dan satu tujuan. 

Ketika tujuan sudah searah, percayalah kapal akan berlayar dengan gagah.

4 November 2017

Akad nikah selesai Mas ucapkan dengan mantap. Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Masya Allah... Allah, inikah jodohku?

Akhirnya hari itu, aku bisa pegang tangan Mas untuk pertama kali. He he he. Malu, cium tangan Mas pertama kali...

Malu...

He he he...

Gini ya rasanya, telah sekian lama menahan yang haram, dan akhirnya terbayar dengan kado dari Allah yang sangat indah. Mungkin seperti orang puasa kali ya, pas buka rasanya nikmat banget! Beda sama yang udah makan siang duluan.

Mungkin begitu rasanya, bagi teman-teman yang menjaga diri, percayalah, ada yang sedang menjaga dirinya juga untuk kalian. Bagi teman-teman yang menanti dalam ketaatan, ada yang sedang memperjuangkan dalam doa-doa pada Rabbnya di sepertiga malam. Percayalah...

Mungkin kisah aku ini, salah satu dari banyak kisah pertemuan yang di skenarioi Allah sedemikian detail. Tapi aku berharap, ada yang dapat diambil baiknya, ada yang dapat diserap hikmahnya.

Bahwa menjaga diri itu tidak akan pernah rugi.

Menikahlah bukan karena ingin, atau karena lagi musimnya. Jangan karena teman-teman semuanya sudah menikah, atau hanya tersulut api yang membakar di instagram sana, yang seolah-olah menggiring kita untuk segera menikah. Tapi menikahlah ketika engkau sudah mau, sudah mampu. Mampu menurunkan ego masing-masing, karena akan hidup berdua, bukan sendiri lagi. Menikahlah ketika hati sudah yakin, dengan menikah, kau akan mendapatkan pahala lebih banyak, lebih semangat.

Bagi kami, menikah adalah perbuatan jiwa. Bertemunya dua jiwa yang akan menjadi satu, berjalan bersama-sama, saling membantu untuk menuju jannah-Nya. Karena menikah adalah ibadah yang tidak dapat dilakukan sendiri. Hakikatnya, menikah bukan hanya perkara dunia, tapi akhirat. Oleh karena itu, maka ukuran-ukuran memilih partnernya pun harus distandarkan dengan ukuran-ukuran akhirat. Bukan hanya finansialnya, tapi pastikan rezeki yang ia dapatkan itu halal. Bukan hanya ketampanannya, tapi bagaimana usahanya menjaga pandangan. Bukan hanya soal dunia, tapi lebih kepada perkara akhirat. Karena dunia ini hanya bergurau, yang serius hanyalah mati.

Bagi kami, menikah itu perkara mencari ridha Allah, maka lakukanlah hal-hal yang membuat Allah ridha.

Semoga Allah selalu meridhai perjalanan ini. Dan semoga, akan terdengar kisah-kisah indah lainnya yang Allah pertemukan, diatas ridha-Nya, bersambut dengan kebaikan-kebaikan yang akan mengiringi.

Salam hangat teruntuk sahabat-sahabat kami, siapapun yang sedang menanti, yang sedang menjaga diri dari yang haram, semoga Allah pilihkan seorang awesome partner yang akan menemani teman-teman sampai jannah-Nya. Semoga Allah senantiasa menjaga. Aamiin ya rabbal aalamiin.


Salam hangat dari keluarga baru, Bondan dan Elis.



You May Also Like

0 comments