BondanElisHalal [5]

by - 11/27/2017

Lima: Akhirnya ia datang
Aku ingin mendapatkan laki-laki baik, yang mengusahakanku dengan cara baik-baik – Elistianas

Akhirnya izin cuti sudah di tangan. Saatnya pulang. Pagi ini aku sudah menyiapkan ranselku, yang berisi beberapa baju, serta baju untuk hari spesial itu. Aku tersenyum dibuatnya. Abang gojek hari ini dengan baiknya mengantarkanku pada bus yang akan membawaku pulang.

Di perjalanan yang cukup panjang itu, apalagi akibat jembatan Cisomang yang tidak bisa dilewati, bus terpaksa memutar melalui Bogor, sehingga memakan waktu lebih panjang dari biasanya.

Di perjalanan, sahabatku, Rizki Budi mengirimkan sebuah pesan, disertai sebuah screenshot postingan seseorang. Sebuah gambar seseorang yang tengah duduk di sebuah stasiun, dimana aku sendiri sebenarnya kurang paham itu di stasiun mana, kemudian Budi bilang, “Kok aku yang ngeliatnya so sweet gini sih. Berpisah sendiri-sendiri, yang satunya naik kereta, yang satunya naik bis terus nanti kalian ketemu di rumahmu”.

Kemudian aku tersenyum, dan merasa kenapa ini benar-benar indah? Allah memang tidak pernah main-main dengan syariat-Nya. Aku benar-benar merasa apa yang aku jalani saat ini jauh lebih membahagiakan dari hanya kebahagiaan foto mesra orang-orang yang belum halal di sosial media. Aku benar-benar merasa bahagia.

Di perjalanan, aku membuka blogku, dimana disana aku sering menuliskan hal yang pernah jadi buah pikiranku selama ini. Dan kemudian, aku menemukan sebuah komentar dari seseorang di postinganku yang berjudul “Bisa Disebut Proposal Nikah”, dan orang itu tidak lain adalah Bondan Ari Bowo. Komentar itu tertulis beberapa hari yang lalu, ditulis oleh seseorang yang akan aku tunggu kedatangannya beberapa hari lagi, untuk mengetuk pintu rumahku.

Kemudian aku menyadari, “Eh kapan ya aku nulis ini?”, kemudian aku scroll up dan ternyata postingan itu tertulis 4 Maret 2015. Masya Allah, Allah memang Maha Mengatur sesuatu. Khitbah akan berlangsung tanggal 4 Maret 2017. Tepat 2 tahun Allah mengabulkan proposal nikahku. Proposal yang saat itu aku tulis hanya dengan beberapa menit, disela-sela deadline mengejar kelulusan. Allah benar-benar mengatur semuanya, sampai waktunya, dan semua tanpa rencana. Allah, aku sangat mencintai Engkau.

Hari Sabtu pagi, jari manisku tiba-tiba tertusuk teko yang tiba-tiba pecah, berdarah dan tak kunjung selesai. Sampai-sampai aku hampir pingsan. Iya, emang agak lebay aku kalau ngeliat darah. Akhirnya aku putuskan untuk tiduran beberapa menit, sembari menahan diri agar tidak hilang sadarkan diri.
Alhamdulillahnya, kesehatanku membaik. Darah sudah mulai berhenti mengalir, kemudian dengan banyak hal yang terjadi aku mulai banyak berpikir hal yang seharusnya tidak aku pikirkan. Ada apa gerangan aku harus terluka di jari manis? Dimana jari itu akan dipasangkan cincin nanti siang? Kalau jarinya ada hansaplast kan nggak seru.

Sampai siang, ternyata rombongannya tak kunjung datang. Keluarga sudah menunggu lama dan mulai bertanya, sampai-sampai sepupuku bilang, “Lis, ini nggak jadi deh kayaknya ya. Kok nggak dateng-dateng ya”. Saat itu pikiranku cukup campur aduk, antara khawatir, bingung, dan takut. Aku yakin ia akan datang, ia pasti datang. Namun yang aku khawatirkan adalah apakah mereka baik-baik saja, apakah tidak salah jalan, dan lain sebagainya. Aku akui, ini adalah beberapa menit yang cukup menyiksa.

Akhirnya ia datang, bersama keluarganya. Ia memberanikan diri untuk datang mengajakku menjadi partner hidup matinya nanti. Memintaku dari Papa untuk menjadi bidadari kehidupannya, menemaninya menggapai surga. Alhamdulillah respon keluarga baik, dan acara berjalan dengan lancar sesuai apa yang diharapkan. Rasanya, melihatmu duduk di rumahku bersama keluargamu itu sangat membuatku bahagia. Jadi ini, laki-laki yang sudah aku tunggu bertamu bersama keluarganya selama dua puluh tiga tahun? Jadi ini, laki-laki dari sekian laki-laki yang mengusahakanku dengan cara baik-baik yang akhirnya dipercaya Papa. Jadi ini, laki-laki yang nanti akan jadi segalanya bagiku, oh Allah?

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Cincin sudah tersemat di jari manisku. Ibunya sendiri yang memasangkannya. Aku bahkan tidak pernah bermimpi, perasaan seperti apa yang nanti akan aku rasakan ketika ibunya meminta aku menjadi teman hidup anaknya, memasangkan sebuah cincin guna mengikatku dan mengingatkanku agar tidak kemana-mana.

Khitbah dalam bahasa berarti mengatakan, menyatakan cinta seseorang. Dan ketika khitbah itu diterima, maka pihak perempuan tidak diperkenankan menerima khitbah orang lain lagi, tanpa izin dari pengkhitbah. Jadi, mulai hari ini, aku akan berusaha belajar menjadi calon istri seseorang. Istri. Yang insya Allah akan menjadi bidadarinya juga di surga nanti, aamiin.


(to be continued)

You May Also Like

0 comments