#BondanElisHalal [3]

by - 10/31/2017

Tiga: Taaruf


Aku ingin mendapatkan laki-laki baik, yang mengusahakanku dengan cara baik-baik. - Elistianas

Pada saat proses menyusun CVku, disertai dengan istikharah, dimana karena manusia tidak pernah tau apa yang Allah beri, manusia hanya bisa menebak, dan mengikuti alur cerita yang Allah kirimkan sinyal-sinyalnya. Saat itu aku masih berpikir, masih galau, apakah aku mampu? Apakah aku pantas? Apakah perempuan sepertiku, bahkan boleh merasakan hal seindah itu? Ini aku lagi nggak ndlepus. Saat itu aku benar-benar merasa sedang diberikan rezeki tak terhingga, bahwa aku diberikan kesempatan. Serta Mba Aul tidak berhenti menyemangati, bahwasanya mungkin Allah memang merencakan ini semua, untuk aku jalani. Terima kasih Mba Aul. Saat itu aku benar-benar butuh diyakinkan, untuk mau mengambil jalur ini. Jalur yang sering dipandang sebelah mata orang-orang. Jalur yang sepertinya tidak mungkin. Ternyata Allah sedang menunjukkan KuasaNya, kepadaku.

Akhirnya, setelah tiga hari, aku bisa menyelesaikan CV-ku. Iya sih, memang nggak semua hal di dalam CV dia itu sepaham denganku, ada beberapa hal yang berbeda juga, namanya juga manusia. Lalu aku kirimkan CVku kepada Mba Aul, dengan harapan, kalau memang jodoh, dia suka sama Cvku, kalau ndak yo ndak papa. Karena memang ada beberapa pandangan yang ku tulis berbeda dengan dia.

Aku tetap melakukan istikharah di proses ini. Setelah 4 hari, akhirnya ada jawaban dari Mba Aul. Serius deh nunggu-nunggu jawaban selama 4 hari, digantungin selama 4 hari ini rasanya luar biasa banget. Aku belum pernah merasakan perasaan seindah ini selama aku pernah pacaran sebelumnya. Kemudian aku baru merasa, “Oh jadi ini, kenapa Allah mensyariatkan taaruf untuk kenal satu sama lain. Ternyata, proses ini begitu sweet.”

Akhirnya Mba Aul bilang, kalau Mas mau lanjut. Kemudian ia menjelaskan step selanjutnya. Jadi, dalam taaruf itu akan ada beberapa proses. Dan di setiap proses yang kita jalani itu, akan ada jawaban dari pihak Mas dahulu, kemudian aku. Karena penolakan itu di perempuan, jadi pihak laki-laki dulu lah yang memberikan jawabannya. Di setiap proses ini, kita berhak untuk memberikan jawaban apapun. Kalau memang nggak yakin, kita bisa mundur. Karena urusan jodoh ini bukan urusan yang mudah, bukan urusan main-main, maka kita harus memikirkannya dengan baik, disertai dengan doa-doa. Manusia berencana, Allah tetap penentunya.

Setelah Mba Aul memberikan jawabannya, rasanya tuh yah...wah...aku nggak bisa cerita. Ini adalah sesuatu yang amat baru bagi aku, dan pun demikian, aku masih merasa belum pantas. Namun aku sangat bersyukur, apabila Allah mengizinkan aku untuk merasakannya. Aku harap, teman-teman akan segera merasakannya juga.

Setelah tukar CV, hal selanjutnya adalah bertemu. Kita akan diberikan waktu bertemu, tentu saja bersama dengan murobbi, atau perantara yang mengenalkan kita. Dimana saat itu adalah Mba Aul dan suaminya. Akhirnya, pertemuan itu kami laksanakan pada 25 Desember 2016 di Bandung.
Di pertemuan itu, kami harus saling bertanya, apabila ada hal-hal terkait CV yang kurang jelas, atau ada hal-hal yang ingin ditanyakan satu sama lain. Sebelumnya, aku me list beberapa pertanyaan yang aku ajukan padanya, demi untuk lebih tau karakter beliau.

Akhirnya hari itu tiba. Aku terlambat datang ke tempat karena macet. Kami bertemu di sebuah cafe di Bandung, dan karena aku terlambat, jadilah saat aku masuk aku sudah melihat ada Mba Aul, suami Mba Aul, dan Mas. Sedangkan aku datang dari arah belakang Mas. Aduh...rasanya tuh yah, udah ga ngerti lagi. Aku deg-degan ngga paham lagi. Saat aku datang, aku salami Mba Aul dan suaminya, serta aku hanya menunduk tak sanggup melihat wajah Mas.

Bahkan pertama aku duduk, aku sampai harus menutup wajahku, aku beneran takut. Tanganku sampai gemetar.

Saat pertama liat wajah Mas langsung, hati aku langsung bicara, “Oh ini, laki-laki baik itu. Oh ini, laki-laki yang ingin mengenalku dengan cara baik-baik” Beneran deh...liat wajahnya aja ngga sanggup. Aku nggak tau kalau dari sisi Mas gimana, hehehehe.

Lalu proses tanya jawab dimulai, lalu pertanyaan terbesar dan pertamaku adalah “Tau Elis darimana?”, dan kemudian beliau menjelaskan,

“Dulu aku pernah ke lab, sama Kokon, nyari dosen. Terus ada kamu bilang dosennya ngga ada. Terus aku tanya Kokon, ‘siapa Kon?’, lalu ternyata kamu itu adik kelas SMKnya”. Lalu ingatan itu tiba-tiba saja muncul. Allah seperti sedang memutar sebuah film pendek di otakku saat itu. Aku langsung ingat.

Itu kejadian 3 tahun lalu. Yang mungkin hanya sekitar 2 menit saja terjadi.

“Terus aku berdoa sama Allah, aku bilang aku ingin menikah, tapi aku nggak tau sama siapa. Beri jodoh yang nananana ya Allah. Dan kemudian Allah memberikan jawaban ke kamu. Terus aku bingung kan, aku nggak kenal Elis, gimana caranya, yang kemudian aku cerita sama Isjhar, dimana Isjhar ini suami Aul.” Mas selesai menjelaskan.

Kemudian Ka Isjhar di sebelahnya meneruskan, “Iya Lis, Bondan datang ke saya tanya kenal kamu atau engga. Saya bilang, engga Ndan kayanya. Tapi mungkin Elis kenal saya, soalnya saya pernah ngajar D3. Saya sudah niat, kalaupun saya tidak kenal, tetap mau saya bantu. Lalu saya cerita ke Aul, terus ternyata kamu sahabatnya Aul. Wah...rezekinya Bondan ini.”

“Iya Lis, gitu. Ya aku bilang ya, itumah sahabat Aul. Akhirnya aku terusin ke kamu”, sambung Mba Aul.

Oh Allah, jadi seperti ini toh. Ini toh benang merahnya, kenapa tiba-tiba ada laki-laki yang tidak aku kenal sebelumnya, datang mengetuk pintu hatiku.

Mungkin karena Allah yang telah mengetuk pintu hati Mas, untuk datang mengetuk pintu hatiku, dengan cara yang baik.

Pada pertemuan itu, kita saling bertanya satu sama lain, visi misi pernikahan, peraturan di rumah tangga, pandangan kita tentang rumah tangga impian, latar belakang keluarganya, keadaan dia saat ini, pekerjaannya, kelebihan kekurangannya, dan hal-hal apapun yang membuat aku ragu untuk mengenal Mas lebih lanjut. Alhamdulillah, proses itu berjalan dengan baik. Aku merasa sedikit lebih yakin saat itu.

Saat itu pula, Mas menekankan padaku, bahwa saat itu ia sedang berada pada titik 0, dimana ia butuh partner dalam dunia dan akhiratnya, yang bersedia untuk membangun semuanya bersama-sama. Sepertinya ia ingin memberitahuku, untuk tidak banyak berharap akan dunia, karena Mas belum punya apa-apa. Dan sepertinya Allah sedang pamer padaku, bahwa Ia menciptakan pemikiran-pemikian Mas sedemikian aku suka.

Oiya, di proses pertemuan itu, jangan lupa untuk memperhatikan fisiknya, ya. Bukan, ngga boleh pandang-pandangan, gimana mau mandang lama-lama, ngobrol aja malu bangeeeet hahahaha.

*Aku masih senyum-senyum pas nulis ini* 

Ust Khalid pernah bilang, disyariatkan dalam taaruf untuk melihat calon kita. Melihat sesuatu yang memang boleh terlihat. Lihatlah wajah dan telapak tangannya. Wajahnya, akan merepresentasikan dari atas kepala hingga perut. Kemudian telapak tangannya merepresentasikan dari perut hingga kaki. Karena melihat calonmu itu akan menumbuhkan keyakinan.

Kurang lebih inti kajiannya seperti itu.
Dan saat itu, akupun mengikuti apa kata Ust Khalid. Aku sempatkan untuk melihat wajahnya dan kedua telapak tangan Mas, secara diam-diam, hahahaha. Aku tidak tau apakah Mas melakukan hal ini juga atau tidak. Yang jelas ketika aku melihat wajah dan kedua telapak tangannya, aku suka.

Allah sepertinya sedang pamer, bahwa Ia bisa mendatangkan laki-laki yang selama ini aku cari. 


Setelah proses itu selesai, kami berdua pulang masing-masing.

Kami masih harus menjalani shalat istikharah lagi, atas jawaban-jawaban Mas dan yang aku lontarkan padanya. Sembari aku masih memikirkan banyak hal tentang apa yang aku tau tentang Mas hari itu, semuanya aku serahkan lagi pada Allah. (To be continued)



You May Also Like

1 comments

  1. Coba ditambahin kalo aku baru kenal kamu pas di sisfo, kalo kamu ga magang dulu di sisfo mungkin kita ga akan kenal haha Biar makin keliatan betapa berkuasanya Allah atas segala ha :)

    ReplyDelete