#BondanElisHalal [3]
Tiga: Taaruf
Aku ingin mendapatkan laki-laki baik,
yang mengusahakanku dengan cara baik-baik. - Elistianas
Pada saat proses menyusun CVku,
disertai dengan istikharah, dimana karena manusia tidak pernah tau apa yang
Allah beri, manusia hanya bisa menebak, dan mengikuti alur cerita yang Allah
kirimkan sinyal-sinyalnya. Saat itu aku masih berpikir, masih galau, apakah aku
mampu? Apakah aku pantas? Apakah perempuan sepertiku, bahkan boleh merasakan
hal seindah itu? Ini aku lagi nggak
ndlepus. Saat itu aku benar-benar merasa sedang diberikan rezeki tak
terhingga, bahwa aku diberikan kesempatan. Serta Mba Aul tidak berhenti menyemangati,
bahwasanya mungkin Allah memang merencakan ini semua, untuk aku jalani. Terima
kasih Mba Aul. Saat itu aku benar-benar butuh diyakinkan, untuk mau mengambil
jalur ini. Jalur yang sering dipandang sebelah mata orang-orang. Jalur yang
sepertinya tidak mungkin. Ternyata Allah sedang menunjukkan KuasaNya, kepadaku.
Akhirnya, setelah tiga hari, aku
bisa menyelesaikan CV-ku. Iya sih, memang nggak semua hal di dalam CV dia itu
sepaham denganku, ada beberapa hal yang berbeda juga, namanya juga manusia. Lalu
aku kirimkan CVku kepada Mba Aul, dengan harapan, kalau memang jodoh, dia suka
sama Cvku, kalau ndak yo ndak papa. Karena memang ada beberapa pandangan yang
ku tulis berbeda dengan dia.
Aku tetap melakukan istikharah di
proses ini. Setelah 4 hari, akhirnya ada jawaban dari Mba Aul. Serius deh
nunggu-nunggu jawaban selama 4 hari, digantungin selama 4 hari ini rasanya luar
biasa banget. Aku belum pernah merasakan perasaan seindah ini selama aku pernah
pacaran sebelumnya. Kemudian aku baru merasa, “Oh jadi ini, kenapa Allah mensyariatkan taaruf untuk kenal satu sama
lain. Ternyata, proses ini begitu sweet.”
Akhirnya Mba Aul bilang, kalau Mas
mau lanjut. Kemudian ia menjelaskan
step selanjutnya. Jadi, dalam taaruf itu akan ada beberapa proses. Dan di
setiap proses yang kita jalani itu, akan ada jawaban dari pihak Mas dahulu,
kemudian aku. Karena penolakan itu di perempuan, jadi pihak laki-laki dulu lah
yang memberikan jawabannya. Di setiap proses ini, kita berhak untuk memberikan
jawaban apapun. Kalau memang nggak yakin, kita bisa mundur. Karena urusan jodoh
ini bukan urusan yang mudah, bukan urusan main-main, maka kita harus
memikirkannya dengan baik, disertai dengan doa-doa. Manusia berencana, Allah
tetap penentunya.
Setelah Mba Aul memberikan
jawabannya, rasanya tuh yah...wah...aku nggak bisa cerita. Ini adalah sesuatu
yang amat baru bagi aku, dan pun demikian, aku masih merasa belum pantas. Namun
aku sangat bersyukur, apabila Allah mengizinkan aku untuk merasakannya. Aku harap,
teman-teman akan segera merasakannya juga.
Setelah tukar CV, hal selanjutnya
adalah bertemu. Kita akan diberikan
waktu bertemu, tentu saja bersama dengan murobbi, atau perantara yang
mengenalkan kita. Dimana saat itu adalah Mba Aul dan suaminya. Akhirnya, pertemuan
itu kami laksanakan pada 25 Desember 2016 di Bandung.
Di pertemuan itu, kami harus saling
bertanya, apabila ada hal-hal terkait CV yang kurang jelas, atau ada hal-hal
yang ingin ditanyakan satu sama lain. Sebelumnya, aku me list beberapa
pertanyaan yang aku ajukan padanya, demi untuk lebih tau karakter beliau.
Akhirnya hari itu tiba. Aku terlambat
datang ke tempat karena macet. Kami bertemu di sebuah cafe di Bandung, dan
karena aku terlambat, jadilah saat aku masuk aku sudah melihat ada Mba Aul,
suami Mba Aul, dan Mas. Sedangkan aku datang dari arah belakang Mas.
Aduh...rasanya tuh yah, udah ga ngerti lagi. Aku deg-degan ngga paham lagi.
Saat aku datang, aku salami Mba Aul dan suaminya, serta aku hanya menunduk tak
sanggup melihat wajah Mas.
Bahkan pertama aku duduk, aku
sampai harus menutup wajahku, aku beneran takut. Tanganku sampai gemetar.
Saat pertama liat wajah Mas
langsung, hati aku langsung bicara, “Oh
ini, laki-laki baik itu. Oh ini, laki-laki yang ingin mengenalku dengan cara
baik-baik” Beneran deh...liat wajahnya aja ngga sanggup. Aku nggak tau
kalau dari sisi Mas gimana, hehehehe.
Lalu proses tanya jawab dimulai,
lalu pertanyaan terbesar dan pertamaku adalah “Tau Elis darimana?”, dan kemudian beliau menjelaskan,
“Dulu aku pernah ke lab, sama
Kokon, nyari dosen. Terus ada kamu bilang dosennya ngga ada. Terus aku tanya Kokon,
‘siapa Kon?’, lalu ternyata kamu itu adik kelas SMKnya”. Lalu ingatan itu
tiba-tiba saja muncul. Allah seperti sedang memutar sebuah film pendek di
otakku saat itu. Aku langsung ingat.
Itu
kejadian 3 tahun lalu. Yang mungkin hanya sekitar 2 menit saja terjadi.
“Terus aku berdoa sama Allah, aku
bilang aku ingin menikah, tapi aku nggak tau sama siapa. Beri jodoh yang
nananana ya Allah. Dan kemudian Allah memberikan jawaban ke kamu. Terus aku
bingung kan, aku nggak kenal Elis, gimana caranya, yang kemudian aku cerita
sama Isjhar, dimana Isjhar ini suami Aul.” Mas selesai menjelaskan.
Kemudian Ka Isjhar di sebelahnya
meneruskan, “Iya Lis, Bondan datang ke saya tanya kenal kamu atau engga. Saya bilang,
engga Ndan kayanya. Tapi mungkin Elis kenal saya, soalnya saya pernah ngajar D3.
Saya sudah niat, kalaupun saya tidak kenal, tetap mau saya bantu. Lalu saya
cerita ke Aul, terus ternyata kamu sahabatnya Aul. Wah...rezekinya Bondan ini.”
“Iya Lis, gitu. Ya aku bilang ya,
itumah sahabat Aul. Akhirnya aku terusin ke kamu”, sambung Mba Aul.
Oh
Allah, jadi seperti ini toh. Ini toh benang merahnya, kenapa tiba-tiba ada
laki-laki yang tidak aku kenal sebelumnya, datang mengetuk pintu hatiku.
Mungkin karena Allah yang telah
mengetuk pintu hati Mas, untuk datang mengetuk pintu hatiku, dengan cara yang
baik.
Pada pertemuan itu, kita saling
bertanya satu sama lain, visi misi pernikahan, peraturan di rumah tangga,
pandangan kita tentang rumah tangga impian, latar belakang keluarganya, keadaan
dia saat ini, pekerjaannya, kelebihan kekurangannya, dan hal-hal apapun yang
membuat aku ragu untuk mengenal Mas lebih lanjut. Alhamdulillah, proses itu
berjalan dengan baik. Aku merasa sedikit
lebih yakin saat itu.
Saat itu pula, Mas menekankan
padaku, bahwa saat itu ia sedang berada pada titik 0, dimana ia butuh partner
dalam dunia dan akhiratnya, yang bersedia untuk membangun semuanya
bersama-sama. Sepertinya ia ingin memberitahuku, untuk tidak banyak berharap
akan dunia, karena Mas belum punya apa-apa. Dan sepertinya Allah sedang pamer
padaku, bahwa Ia menciptakan pemikiran-pemikian Mas sedemikian aku suka.
Oiya, di proses pertemuan itu,
jangan lupa untuk memperhatikan fisiknya, ya. Bukan, ngga boleh pandang-pandangan,
gimana mau mandang lama-lama, ngobrol aja malu bangeeeet hahahaha.
*Aku masih senyum-senyum pas nulis ini*
Ust
Khalid pernah bilang, disyariatkan dalam taaruf untuk melihat calon kita.
Melihat sesuatu yang memang boleh terlihat. Lihatlah wajah dan telapak
tangannya. Wajahnya, akan merepresentasikan dari atas kepala hingga perut. Kemudian
telapak tangannya merepresentasikan dari perut hingga kaki. Karena melihat
calonmu itu akan menumbuhkan keyakinan.
Kurang lebih inti kajiannya seperti
itu.
Dan saat itu, akupun mengikuti apa
kata Ust Khalid. Aku sempatkan untuk melihat wajahnya dan kedua telapak tangan
Mas, secara diam-diam, hahahaha. Aku tidak tau apakah Mas melakukan hal ini
juga atau tidak. Yang jelas ketika aku melihat wajah dan kedua telapak
tangannya, aku suka.
Allah sepertinya sedang pamer, bahwa Ia bisa mendatangkan laki-laki yang selama ini aku cari.
Setelah proses itu selesai, kami
berdua pulang masing-masing.
Kami masih harus menjalani shalat
istikharah lagi, atas jawaban-jawaban Mas dan yang aku lontarkan padanya. Sembari aku masih memikirkan banyak hal tentang apa yang aku tau tentang Mas hari itu, semuanya aku serahkan lagi pada Allah. (To
be continued)
1 comments
Coba ditambahin kalo aku baru kenal kamu pas di sisfo, kalo kamu ga magang dulu di sisfo mungkin kita ga akan kenal haha Biar makin keliatan betapa berkuasanya Allah atas segala ha :)
ReplyDelete