#BondanElisHalal [2]

by - 10/28/2017

Dua: Meyakinkan Diri
Allah memang tidak pernah main-main dengan doa hamba-Nya. – Elistianas

Di tengah keadaan aku sedang cinta-cintanya sama Allah, aku mulai memupuk imanku supaya tidak oleng. Eh beneran loh, iman itu gampang banget naik turunnya, yang sulit adalah menjaganya agar ia tetap stabil, terjaga. Di saat itu, aku masih sangat ingat, aku hadir di salah satu kajian bulanan PPPA Daarul Quran, di Masjid Istiqlal. Kajian ini rutin setiap minggu diadakan, ustadznya bergantian antara Ust Yusuf Mansyur dan AA Gym.

Siang itu, menjelang dzuhur, Ust YM memimpin doa, kemudian aku bersujud dan memohon doa-doaku. Aku juga sebenarnya kurang paham, mungkin karena suasana hati masih kebawa galau seperti yang ada pada #BondanElisHalal[1], akhirnya aku berdoa, “Ya Allah, Elis ingin menikah akhir tahun 2017 atau awal 2018. Elis ingin jodoh yang nananana. Kusebutkan semua kriteriaku kepada-Nya. Ngga papa kan? Kan Allah stoknya banyak. Hehehe.

Doaku saat itu emang cukup spesifik sih, hahaha. Aku meminta yang apa ya... Yang bisa mengimbangiku, yang mampu mengajakku ke jalan yang benar, yang bisa jadi imamku, yaaaa permintaan standar cewek-cewek kan ya? Tidak lupa pula aku sebutkan, aku ingin orang yang sedang hijrah, karena aku ingin ada temen belajar. Iya sih, dapet yang udah jauh lebih baik ilmunya memang bagus, tapi aku sukanya yang jadi ngeper :D hahahaha. Aku takut akan sulit mengimbangi beliau. Akhirnya aku minta yang sesuai kemauan dan kemampuanku saja. Nggak lupa aku juga berdoa soal fisik. Hemm...karena bagiku ini penting! Hehehe. Kan aku akan melihat wajahnya seumur hidupku, insya Allah. Jadi harus yang wajahnya aku suka. Saat itu dengan gamblangnya aku bilang, “Ga usah ganteng-ganteng amat ya Allah, yang penting wajahnya tipeku, sehingga aku suka. Dan Engkau adalah satu-satunya Dzat yang paling tau tipeku.”

Ingat perkataan Nabi Zakaria?
“....dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.” (QS. Maryam:04) 

Setelah selesai shalat dzuhur, aku pulang. Jam 5 sore, aku diajak jalan teman sekosan, "Lis, ke GI yuk", kemudian kami pergi.

Di dalam perjalanan, tiba-tiba saja ada chat dari salah satu sahabatku di Bandung. Beliau adalah kaka kelas sekaligus teman kantorku saat masih bekerja di Bandung, namanya Mba Aul. Kemudian ia tiba-tiba saja tanya, "Elis, kamu udah ada orang yang deket dan serius belom buat ke jenjang pernikahan?"

Aku, dengan sedikit shock terpaku melihat layar handphone. Gimana ngga shock tiba-tiba ditanya begituan? hahaha. Masih saja kupandangi, dan kemudian kubalas, "Hehe belum ada Mba Aul", Mba Aul bilang, "Kalau ada laki-laki yang ngajak taaruf mau ga? ada temen Aul nanyain. Namanya Bondan Ari, kenal nggak?", Ada jeda beberapa detik sebelum aku membalas chat Mba Aul. Ini bukanya aku baru aja doa tadi siang? Kok cepet banget dijawabnya, pikirku. Dan kemudian aku menjawab, "Enggak". Lalu tak lama Mba Aul mengirimkan foto beliau sambil bilang lagi, "Kenal nggak?" Dan masih saja jawabanku sama. Aku sama sekali tidak pernah kenal atau pernah melihat beliau, padahal kami ternyata kuliah di kampus yang sama, di gedung yang sama. Namun rasa-rasanya aku tidak pernah dengar namanya barang sekali saja selama 3 tahun kuliah disana. Beliau benar-benar asing.

Saat pertama liat fotonya....Ermmm gimana ya? ceritain nggak? hahahaha. Aku langsung kaget. Ya...he's literally maybe not-so-my-type, but...I don't know why, I feel like, "Oh Allah, he is my type." As simple as that. Hahahaha (Mas, jangan GR dulu, plis)

Aku ingat, Ust Khalid pernah bilang, sebelum kita mengetahui agamanya, kita harus ok dulu dengan fisiknya. Sehingga, ketika kita menolaknya, kita bukan menolak karena fisiknya, melainkan karena agamanya. Begitu katanya, Alhamdulillahnya, Mba Aul melakukan hal yang benar.

Karena aku sangat penasaran, siapa sih beliau ini, kok bisa-bisanya ya...Akhirnya aku buka facebook dan ternyata kami berteman! Weh...bingung kapan juga kenapa bisa friends di facebook ya! hahahaha. Pas aku liat, aku melihat postingan beliau, hal-hal yang beliau share di halaman sosial medianya. Ooh...begini toh orangnya. Kita tau bukan, sosial media kita itu sedikit banyak merepresentasikan yang punya.

Di Chat, aku tanya beberapa hal eksak sebelum aku memberikan jawaban apa-apa. Aku tanya, apakah ini atas dasar inisiatif beliau, atau saran dari Mba Aul. Dia suku mana, Mba Aul? Karena aku harus mengetahui ini, supaya bisa mengikuti mau Mama, untuk ngga dapet orang jauh, hahahaha. Ini adalah salah satu upaya berbakti, bukan? Memilih menantu yang nantinya dapat mendapatkan restu Mama. Selain suku, aku tanya apakah beliau orang baik? Bagaimana keseharian beliau, dan tak lupa aku tanya, "Agamanya gimana ya, Mba Aul?"

Mba Aul menjelaskan, "Masih belajar, sedang hijrah". Masya Allah! Ini beneran apa yang aku minta tadi siang?

Rasanya...ini aku belum pernah chatting sama perempuan se deg-degan ini! 😂

Dan yang terpenting dari bagian ini adalah, beliau adalah sahabat dari salah satu seniorku SMK. Dimana seniorku inipun senior yang baik, di foto yang Mba Aul kirimkan tadi, ada tiga orang, beliau diapit oleh sahabatnya, yaitu seniorku SMK, dan Suami dari Mba Aul, dimana akupun tau, mereka orang-orang baik. Rasulullah SAW, pernah bersabda:

Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)

Karena ini pulalah, aku tidak takut akan dikecewakan. Beliau ada di lingkungan yang baik, insya Allah.

Dari beberapa pertanyaan yang kuajukan kepada Mba Aul, yang terakhir aku tanya adalah, "Mba Aul merekomendasikan dia untuk aku nggak?" Aku ingin tau langsung dengan jelasnya, karena aku tahu, sahabatku tidak akan berbohong, ia seharusnya mengatakan apa yang ada di dalam hatinya. Lalu Mba Aul mengiyakan dan bilang, "Kamu baca dulu aja CVnya. Kalau cocok nanti bales dengan CV kamu ya."

Aduh! 😳

Apa itu CV? Apa itu taaruf? Jujur... Aku sendiri masih belum merasa pantas. 

Kemudian Mba Aul menguatkan aku dengan bilang bahwa Allah akan memberikan yang terbaik, asal kita tetap pada jalurnya. Dan mengingatkan aku untuk meminta izin orangtua, jika aku akan menjalani proses taaruf ini. Kemudian aku mengiyakan.

Hari senin paginya, ada chat masuk dari Mba Aul. Di lift, aku buka email yang katanya sudah di kirimkan CV beliau oleh Mba Aul. Aku membaca dengan detail, kemudian aku shock lagi. Aku ulang membacanya hingga 3 kali. Kemudian aku mikir, "Ih! Inimah CV Elis! Inimah Elis versi cowok!" Aku masih saja ngga percaya, ngahuleng aku teh sepanjang perjalanan dari lift ke meja. Kok bisa sih...pikirku.

Aku seperti membaca biodataku sendiri. Membaca diriku jika aku menjadi seorang laki-laki. Oh there you are. I've been looking for you.

Saat itu aku bingung harus gimana, akhirnya aku bercerita kepada salah seorang seniorku yang sudah menikah di kantor tentang hal ini. Yang sebenarnya dia tiba-tiba tau dan menebak, "Lu kenapa? Ada yang ngajuin CV ke lu?" Yang akhirnya, ialah yang menjadi orang pertama yang menguatkan aku tentang hal ini. Beliaulah yang memberitahuku, bahwa taaruf dalam arti bahasa adalah kenalan. Jadi di tengah jalan kenalan sama orang, itu pun namanya taaruf. Sedangkan taaruf yang ini, adalah taaruf menjelang pernikahan.

Setelah mendapatkan beberapa nasihat seperti, kita tidak perlu takut untuk memulai taaruf, karena taaruf adalah salah satu syariat Allah yang baik, yang memang seharusnya. Tidak perlu takut. Karena taaruf pun memiliki proses, kalau nanti ngga cocok, kita bisa mundur, dengan memberikan alasan yang jelas tentunya. Kita nggak akan rugi apa-apa. Jadi jangan takut, katanya.

Akhirnya, aku diberikan waktu tiga hari untuk berpikir, apakah aku mau menjalani proses ini atau tidak. Selama tiga hari itu, aku tentu saja membuat CVku sendiri sesuai dengan CVnya. Ih aku baru tau, ternyata, bikin cv taaruf itu susah! 😁 Ngga gampang, beneran. Dan tentunya aku masih harus berdoa, sembari menyakinkan diriku sendiri, bahwa tidak perlu banyak khawatir. 

Pada saat istikharah, aku berdoa sama Allah, aku beneran loh print CVnya terus pas shalat aku ajuin ke Allah, aku taro di sajadah dan bilang, "Ya Allah, ini ada laki-laki yang ngajuin CV, namanya Bondan Ari, ini CVnya *nyodorin CV di sajadah ke Allah*. Kalau memang dia baik untukku, agamaku, dan masa depanku, lancarkanlah proses ini ya Allah. Condongkanlah hatiku, padanya. Dan jika memang bukan ia orangnya, maka beri tahu aku bagaimanapun caranya.

Untuk mengetahui apakah ia orang yang tepat atau bukan, aku memang butuh indikasi. Dan indikasi yang aku inginkan datangnya dari Allah. Aku ingin Allah beri rasa sukaku sedikit saja padanya. Apa aja deh yang membuat aku tertarik, gitu. Karena kalau ngga dikasih indikasi sama Allah, aku bingung gimana jalaninnya. Bagaimana aku harus mengambil keputusan.

Dan ternyata baru aja inget, aku pernah nulis ginian di tumblr pas lagi galau-galaunya. Tulisan ini tertulis 11 November 2016, Ternyata jauh sebelum Mba Aul memberitahukan namanya, aku sudah benar meminta petunjuk. Ternyata Allah juga baca tumblrku :))

Jika nanti aku dipertemukan.
Aku hanya perlu menyakini, bahwa apa yang sedang Allah siapkan adalah seperti apa yang sedang aku siapkan dan usahakan untukNya.

Allah, aku nggak minta yang muluk-muluk kok. Hanyalah berikan salah satu hambamu yang mampu mengimbangiku, yang menitihku, bukan mendorongku dengan paksa.

Yang mau berjuang bersama, karena pernikahan itu adalah usaha, supaya nikmat yang kau beri tambah nian berasa.

Yang mau saling mengingatkan ketika salah, dan sama-sama mau belajar dari kesalahan yang pernah lalu.

Yang bisa menjadi kakaku, temanku, ayahku, atau adik yang lucu bagiku.

Yang mencintai-Mu, serta karena itulah ia mencintaiku.

Kalo fisik Engkau tau benar apa yang aku inginkan dan aku percaya, kegantengan hanyalah bonus. Tanggung jawab dan imannya lah yang nomor satu. 

Aku tahu benar bahwa tidak ada satupun hadist dan firmanMu yang berkata nikahilah seseorang laki-laki karena parasnya, melainkan imannya. Karena dari sanalah, benteng keluarga di bentuk. Aturan keluarga ditegakkan, berlandaskan atas aturanMu.

Maka ya Allah, pertemukanlah aku dengan seseorang yang seperti itu, yang Engkau pilihkan dari jutaan umatMu. Pertemukanlah kami disaat yang tepat, bukan yang cepat.

Aku ingin mengimaniMu dengan tidak meminta apa yang sedang Engkau tunda, dan apa yang sedang Engkau percepat. Aku ini milikmu, terserah sajalah :)

Dan yang aku tau, Engkau tak pernah sekalipun mengecewakan hambaMu. Tak pernah.

Namun yang aku minta, jika datang seseorang dengan niatan yang baik nantinya, berikanlah rasa sukaku padanya, sedikit saja. Supaya aku tau, bahwa ia yang terbaik dari yang baik, Ia yang kau maksud, Ia yang sedang Engkau siapkan, dan ia yang Kau putuskan baik untuk masa depanku. Berilah aku sedikit petunjuk :))




(to be continued)

You May Also Like

0 comments