Komunikasi

by - 5/02/2017

Dalam ibadah menikah nanti, kami tidak akan saling diam-diam. Kami tahu benar bahwa  makna ijab dalam sebuah pernikahan juga adalah sebuah bentuk komunikasi, antara seorang hamba Allah yang berjanji disaksikan langsung oleh Allah dan malaikat-malaikatnya. Karena sebuah pernikahan adalah salah satu perjanjian yang terpampang sebagai Mitsaqan Ghaliza, perjanjian yang agung. Sebuah ibadah yang diawali dengan komunikasi langsung dengan pencipta, Allah Subhanahu wata'ala.

Kami sadar, komunikasi yang sehat, yang benar sangat dibutuhkan oleh kami. Karena hal terkecil apapun akan menjadi masalah jika tidak melewati komunikasi yang benar.

Semua hal bisa menjadi masalah, tergantung bagaimana nanti kami menyikapinya. Hal yang tidak disukai, bercanda yang kelewatan meskipun ini tidak sengaja bisa jadi masalah besar apabila kami tidak bisa mengkomunikasikannya.

Kami sadar benar, ibadah menikah ini akan dilalui seumur hidup kami, insya Allah. Sepanjang itu pulalah komunikasi yang akan kami lakukan. Karena sejatinya arti dari menua bersama adalah bahwa nanti kami hanya akan ngobrol, sampai tua. Duduk berdua di teras rumah, dengan cangkir teh hangat tertambat di meja. Saling bersandar membicarakan anak cucu kami yang sudah tidak di rumah, sibuk dengan kehidupannya. Insya Allah. 

Sebenarnya tidak ada ukuran untuk komunikasi yang salah, begitupula ukuran untuk komunikasi yang benar. Yang salah dan benar adalah upaya memahami komunikasi itu sendiri. Sejatinya setiap manusia akan berusaha untuk berkomunikasi dengan benar sejak pertama ia lahir. Kemudian dari komunikasi itulah muncul interaksi, dan dari interaksi itulah akan muncul pengertian, rasa kasih dan sayang. Itu pula yang kami harapkan akan muncul di setiap detik kehidupan kami. Komunikasi yang penuh dengan rasa pengertian, kasih, dan sayang. Komunikasi yang selalu terjalin di dalam rumah mewah kami nanti, rumah yang mewah adalah rumah yang kaya akan interaksi.

Setiap apapun yang mengganjal akan kami bahas dalam komunikasi. Kami akan berusaha untuk mengkomunikasikannya dengan cara yang baik lagi santun. Lemah lagi lembut. Dan tentu saja ditambah dengan rasa cinta, dari hati. Karena komunikasi yang lahir dari hati akan sampai pada hati pula. Itulah yang kami harapkan akan tetap dapat kami jaga sampai menua.

Di pernikahan kami nanti, kami tidak ingin ada masalah yang tidak dapat terselesaikan dengan baik. Ya, kami tahu rumah tangga itu pasti diuji. Tapi kami juga tahu bahwasanya Allah bahkan sudah menyiapkan jalan keluar sebelum Ia memberikan ujian itu. Kami hanya perlu mengkomunikasikannya dengan baik, dengan Allah. 

Di perjalanan kami nanti, kami akan berusaha untuk selalu mengingat kebaikan satu sama lain, daripada keburukannya. Mengingat apa hal yang membuat kami saling jatuh cinta satu sama lain, daripada hal yang membuat kami tidak suka. Kami akan berusaha saling mencintai, dengan sepenuh hati, insya Allah. Dan kami akan berusaha untuk menjadi partner ngobrol seumur hidup yang baik bagi satu sama lain. Yang luas pendengarannya, lagi tinggi pengertiannya. Kami akan berusaha menghormati lawan bicara kami seperti kami berbicara pada presiden, kami akan berusaha untuk menciptakan proses komunikasi yang baik di antara kami nanti. We all know, love without conversation is impossible. Kami hanya perlu melakukan yang terbaik.


Mas, terima kasih telah mau mengajakku menjadi teman ngobrolmu seumur hidup, insya Allah.
Then, can we start?




You May Also Like

0 comments