Bekerja Sama
Sekarang aku tau, belajar dari
beberapa kisah saudara yang sudah menikah, dan secara langsung berkesempatan
melihat praktek rumah tangga mengurus anak yang berusia tujuh bulan, membuatku
paham, bahwa tugas kami itu tidak bisa dilaksanakan sendiri. Benar memang, menikah adalah ibadah yang harus dilakukan
bersama.
Meskipun suami bertugas mencari
nafkah untuk keluarga, tapi sejatinya ia tidak bisa melakukan itu sendirian.
Tetap harus ada dukungan, dorongan, dan doa-doa dari istrinya. Harus ada istri
yang membantunya menyiapkan sarapan, supaya ia bisa berangkat bekerja dengan
nyaman. Harus ada istri yang menyiapkan bekal, menjamin supaya asupan
nutrisinya terjaga hingga ia pulang.
Begitupula dengan tugas istri.
Meskipun anak adalah tanggung jawab istri. Ya memang, istri memiliki tanggung
jawab lebih mengasuh anak ketika suami sedang bekerja. Namun aku benar-benar
yakin bahwa tidak ada tugas individualis
dalam ibadah menikah ini. Apalagi soal mengurus buah hati. Karena untuk
menciptakannya saja kita butuh bekerja sama.
Ketika memandikan bayi, harus ada
suami yang memeganginya sementara istri meratakan sabun hingga tubuhnya bersih.
Harus ada kerja sama saat memakaikannya baju. Kerja sama dalam menyuapinya,
karena benar aku amati sendiri, mengasuh bayi sendiri sangat membuat frustasi.
Capek memang, untuk itulah kami akan membutuhkan kerja sama.
Dalam mengasuh bayi nanti, kami
akan butuh yang namanya kesabaran. Dan kami akan menjadi obat dan pengingat jika
salah satu kesabaran satu diantara kami ini hampir habis. Setelah aku mengerti
bagaimana orangtua belajar mengasuh anak mereka, aku baru yakin dan benar-benar
mengerti, bahwa kenapa surga ada di telapak kaki ibu. Betapa seorang ibu lelah
luar biasa, harus punya tenaga luar biasa tangguh untuk membesarkan buah
hatinya.
Kami juga akan membutuhkan
komunikasi. Komunikasi yang baik antara kami untuk bisa menjaganya satu sama
lain, bergantian. Suami dapat mengambil alih jika istri sudah waktunya untuk
makan, misalnya. Karena aku akui, jam makan seorang ibu akan terganti demi
mengurus buah hati. Maka seorang suami harus tau bagaimana berkomunikasi satu
sama lain, untuk menciptakan suasana yang baik dan bagaimana cara kami untuk
berbagi dan saling membutuhkan satu sama lain, karena kami adalah partner. Partner kerja
mengurus anak. Layaknya sebuah perusahaan, yang memiliki jadwal shift untuk
kepengurusan operasional, supaya perusahaan itu tetap berjalan dengan baik.
Semua hal yang dilakukan setelah
menikah adalah ibadah, dan setiap ibadah yang dijalani setelah menikah adalah
sebuah kerja sama. Tidak ada ibadah yang dilakukan secara individualis. Kami
harus benar-benar menekan ego kami masing-masing. Kami akan benar-benar
membutuhkan kerja sama satu sama lain. Dan kami akan terus belajar dalam
bekerja sama. Karena memang ibadah menikah tidak dapat dilakukan sendirian, kita membutuhkan orang lain untuk membantu mewujudkannya. Semoga kita akan menjadi partner yang baik dalam bekerja sama,
nanti.
0 comments