Mau Jadi Kecebongnya Koruptor?

by - 12/12/2013

Kita kuliah buat apa sih?Buat nyari ilmu?Nyari nilai kan?Ngaku aja dah ngaku..
Entah saya harus memulai dari mana. Kecewa, sedih, gemes, benci, bingung, campur aduk jadi satu.     Ketika mata saya harus melihat sesuatu yang tidak ingin di lihat oleh mahasiswa. Ya, kecurangan dan plagiarism.
Saya disini sudah menginjak tahun kedua. Tahun dimana saya harus dan seharusnya tau tentang seluk beluk basak busuk kampus ini. Ketika saya harus tau dan bisa memposisikan diri saya sebagai salah satu penumpang bis jurusan mencari ilmu ini. Dan saya ada disini, di dalam kampus teknologi anti korupsi ini katanya.Dari awal masuk dosen wali sudah bilang "ini kampus anti plagiarism. Kalau nanti ada PA/TA yang dinilai plagiarsm atau tidak mencantumkan kutipannya, maka akan dicabut gelarnya oleh Institusi". Waah mengerikan sekali kan, dan kampus ini keren. Kalimat yang sampai saat ini masih membekas di hati. "Aku takkan seperti itu", pikirku. 
Perkuliahan yang dijalani lancar jaya layaknya bus kota. Hanya saja, aku masih jadi saksi bisu dalam luka. Saksi bisu dimana raga ini melihat secara nyata praktik dari korupsi dan plagiarsm itu sendiri. Ketika mata ini melihat dan hati bergejolak tak terima, dan ketika hati berkata "itu temen loh... udah kasian biarin..."Oke semester pertama aku masih memaklumi, mungkin masih ada mental SMAnya kali ya, pikirku. Lanjut sampai semester kedua, praktik ini masih merajalela, masih menggerogoti mental anak-anak lulusan SMA kemarin :) 
Saat UTS dan UAS, #SKIITTelkom dan #BEMITTelkom sudah menggalakkan kampanye #UTSBersih #UASBersih dan itu sudah cukup menusuk dihati. Ketika ada karangan bunga bertuliskan "Selamat bagi mahasiswa yang jujur dalam ujiannya #UTSBersih" :) Terima kasih ini memotivasi kami.
Dan semester 3 berlanjut...Ketika saya sudah lupa dengan beberapa kerikil tadi, kini muncul lagi tunas-tunas baru. Ketika ku temui jawaban jurnal Take home karena mati lampu dan jawabannya hampir sekelas sama semua, bahkan nama variabelnya :). Oke saya maklumi lagi, namanya juga "take home". Di lab aja bisa tanya apalagi take home kan :) Oke saya maklumi...Ketika 3 orang dari kelas saya tertangkap basah memiliki jawaban codingan jurnal praktikum yang sama, dan nilainya di Ground sama aspraknya, dan yang saya rasakan adalah sedih. Kenapa? Kok ya masih gitu loh bagi-bagi jawaban jurnal, kok yang ngerjain mau gitu. Kalo mau bagi jabawan boleh kok boleh, syaratnya satu, ajarin. Jangan cuma kasih jawaban codingan buat apa, kasian ke depannya :') 
"jahat banget kok lis mas Fulan kasih aku nilai jurnalnya jelek, tega banget" 
"emang kenapa?" 
"itu sih yang aku ketauan pake codingannya si Leo bareng Ahdan sama Ahlan" 
"bersyukur lah masih di kasih nilai, kalo aturannya IFLAB plagiat kan nilai semodul langsung 0, ya harusnya kamu bersyukur masih dikasih segitu sama mas Fulan. Berarti mas Fulan orangnya memperhatikan praktikan." 
"Yakan tapi nggak segitu juga, aku juga udah berusaha ngoding lis.." 
"Ya tetep aja kamu salah mau gimana-gimana juga" 
"iya sih..." 
Sudah menjadi contoh kan? Walaupun saya tau dan sangat tahu, masih banyak yang melakukan kecurangan seperti ini tapi lolos dari pengawasan asisten praktikum. Saya tau asisten praktikum tidak bisa juga ngawasin praktikan tiap detik. Ya saya tahu lah. Mungkin orang-orang yang masih belum kena masih santai-santai sekarang.Daaaaaan yaah, yang masih anget aja nih, yang dari semester pertama sudah ku amati kelasku sendiri, teman-temanku sendiri. Ketika aku harus melihat mereka membawa codingan ke dalam ruangan, ketika aku harus mati-matian coding dengan tangan kosong, dan mereka hanya mencolokkan flash disk kesayangan mereka dan membuat codingan Tugas Pendahuluan yang harus di coding ulang. Ketika saya melihat nilai test awal mereka lebih bagus daripada saya yang sudah mabok syntax duluan. Ketika saya harus melihat mereka berleha-leha padahal jemari saya mati-matian bertempur dengan kerasnya keyboard lab. Hati ini bergejolak, saya ingin berteriak kalau disini ada plagiarsm, kalau disini terjadi ketidakadilan, kalau disini terjadi kecurangan, kalau disini ada benih mental-mental koruptor... 
Oh Robbi, sampai kapan saya melihat ini? Sampai kapan? Ketika hati ini membara penuh amarah terhadapnya, hanya sebelah hatilah yang berkata "Gusti Allah mboten nate sare. Gusti Allah nilai proses, dudu mung hasile". Saya yakin Tuhan tidak tidur. Apa kalian tidak takut sobat harus menanggung dosa hanya untuk segores nilai?Yang saya heran juga untuk apa sih? Apakah tidak merasa rugi? Kalau sudah bayar mahal-mahal disini tapi tidak bisa mengerahkan segala tenaga untuk berjuang? Bukan, bukan mengerahkan semua tenaga untuk mencari jalan pintas, tapi kerahkan tenaga untuk cari jalan paling terang.Kenapa bisa terjadi hal seperti ini sih? 
Praktikum yang sulit, praktikan yang kurang persiapan menjadikan praktikan nekat.    
Yak, itu bener. Soal test awal, jurnal, dan tes akhir yang sulit dan praktikan yang kurang persiapan memang mempengaruhi munculnya kecebong-kecebong koruptor ini. Tapi apakah ini kuat untuk jadi alasan? Tidak. Sebenarnya kejujuran itu bukan masalah persiapan, tapi masalah mental mahasiswa. Masalah hati mahasiswa. Apakah mau jadi kecebong koruptor? Baru jadi mahasiswa aja udah korup demi nilai, bagaimana jadi wakil rakyat nanti? Apa mau korup demi uang? Pusing saya.  
 Asprak yang kurang tegas. 
Kenapa disini asisten berpengaruh? Ya. Asisten yang tegas, disiplin walau akan dibenci banyak praktikan adalah asisten yang mendidik. Karena saya tahu, tugas asisten layaknya dosen, bukan hanya mengajar, tapi juga mengajarkan kedisiplinan, aturan, dan akhlak.  
Kesempatan 
Minimnya asisten yang harus menjaga begitu banyak praktikan memang memberatkan asisten. Sehingga tidak bisa secara maksimal membimbing praktikannya. Bayangkan saja, satu asisten harus menjaga 9-15 praktikan, wajar kalau banyak kesempatan buat praktik plagiarsm ini. 
Bobroknya mental 
Maaf mungkin diksinya kurang enak di baca ya hehe. Tapi beginilah. Inti dari pembahasan ini adalah "mental". Bagaimana kita untuk punya mental tak serupa dengan mental "koruptor" itu? Bagaimana? Belajar. Belajar untuk jujur. Berani jujur itu hebat.
Pemahaman tentang nilai yang salah 
Nilai itu apa sih? Nilai itu layaknya pahala. Ia akan benar-benar didapat ketika kita sudah mengusahakannya. Bukan layaknya gaji dari usaha yang kotor. Berapa persen sih nilai mempengaruhi hidup kita? Mau mengorbankan menumpuk dosamu hanya demi mendapatkan nilai yang bukan hakmu? Nilai itu hanya benda mati. Yang tak perlu di pikirkan jalan pintas untuk mendapatkannya. What you do is what you get. Harusnya prinsipnya seperti itu. Jika apa yang kau pelajari sebelumnya yang akan kau dapatkan nanti. Kau belajar maka kau bisa, kau tak belajar ya tawakkallah. Itu saja. Sebagai mahasiswa kita harus "sadar". Tidak perlu melakukan hal-hal yang akan merugikan "nama baik"mu sendiri demi benda mati bernama "nilai". 
Serupa dengan mendzalimi 
Orang-orang yang melakukan kecurangan diluar batas bisa dikatakan mendzalimi orang lain. Kenapa? Karena orang yang semalam sudah belajar mati-matian, sudah bertempur dengan materi, nilainya akan kalah dengan orang yang tidak belajar apapun, tapi sudah membawa hasil pekerjaan yang ia dapatkan entah darimana. Ini adalah tindakan dzalim. Dan apakah engkau tidak takut jikalau secara sengaja atau tidak sengaja mendzalimi orang lain? 
Nyontek != Bawa jawaban 
Kebiasaan nyontek(bertanya) memang ada dari jaman nenek moyang sampai sekarang. Tidak disalahkan, semua orang pernah mengalaminya. Namun disini ada beberapa tahap nyontek dari yang biasa sampai kebangetan. 
1. Nyontek wajar adalah ketika kamu bingung akan suatu pertanyaan dan kau bertanya kepada teman akan soal itu, tapi sebenarnya kamu sudah berusaha belajar sebelumnya, hanya saja pada saat test berlangsung kamu sedikit lupa. #wajar 
2. Nyontek sedang adalah ketika kamu sudah belajar dan kamu berfikir tidak begitu paham dengan materi atau codingannya dan engkau mencoba belajar menuliskannya kembali dan di bawa pada saat praktikum, tetapi tanpa bermaksud untuk membukanya. Hanya membawanya saja, jikalau rada-rada lupa codingannya, ya boleh buka dikit-dikit hehe. #masihWajar karena tujuannya bukan untuk nilai, dia memang bertujuan ingin bisa di materi tersebut. 
3. Nyontek kebangetan adalah ketika materi sudah jelas, peraturan sudah sangat jelas bahwa tidak diperkenankan membuka catatan dalam bentuk gadget dan sebangsanya, namun kamu malah membawa gadgetmu yang sudah berisi materi. Dan ketika test berlangsung kau membuka gadgetmu itu dan menikmatinya sendiri sedang otakmu kau suruh istirahat. Hanya mata dan hatimu yang bekerja. Ini akan menjadi semakin kebangetan ketika terjadi saat UTS/UAS dan kau dapat melihatnya secara langsung#tidakWajar 
4. Nyontek yang paling tidak wajar adalah ketika kau membawa sesuatu dari rumah yang sudah kau persiapkan untuk praktikum esoknya. Niat nyontekmu sudah ada dari hari sebelumnya. Ini kebangetan ini. Nyontek aja udah niat. Dan pada saat praktikum kau tidak melakukan apa-apa. Kau hanya diam sembari melihat jawaban yang sudah kau siapkan dari rumah. Padahal asal kau tahu, Tes awal coding soal TP itu adalah sebagai pemanasan, pemanasan agar lebih mudah kesananya lagi. Bukan untuk mencari nilai. Plis lah, jangan terlalu mempemasalahkan nilai kawan..#tidakWajarBanget 

Seperti sudah diutarakan di atas, ada banyak tipe-tipe nyontek dari wajar sampai paling tidak wajar. Ada pula alasan wajar sampai tidak wajar, dari mulai kurang belajar, sampai memang malas dan tak ada motivasi. Motivasi? Apa dan seperti apa memangnya motivasi itu?Motivasi adalah sesuatu yang mendorong, membuat, dan menjadi alasan tentang apa yan akan kita lakukan. Motivasi itu ada dua, lahiriyah dan batiniyah. Motivasi lahiriyah semua orang tahu kan, ucapan "semangat ya" dari orang tua, teman, sahabat, adik, bahkan orang yang kau sukai hihi, yang kadang sepele namun bisa membuat 1000 urat nadimu bangkit untuk mengerjakan apa yang akan kau kerjakan. 
Pengaruh sosial yang mau tak mau mempengaruhi sisi psikologis kita, dimana membakar rasa semangat kita. Selain itu perlu, motivasi batiniyah juga, motivasi yang timbul karena kecintaan kita terhadap Allah, rasa cinta, patuh, dan tanggung jawab kita, rasa takut kita pada Nya. Takut jikalau kita melakukan kecurangan yang membuat orang lain merugi adalah berimbas kepada ketidak ridhoan Nya kepada kita. Naudzubillah... 
Untuk itu, kuatkan lagi motivasinya, perbanyaklah motivasi batiniyahnya, jikalau kita menggantungkan hidup kita hanya pada motivasi lahiriyah saja, niscaya kecewa yang akan kita dapatkan. Kenapa? karena manusia adalah makhluk paling mengerikan di dunia ini-[two weeks 2013]. Manusia bisa berubah kapanpun mereka mau, orang yang mencintaimu tidak lepas dari resiko ia akan menjadi orang yang paling membencimu di kemudian hari. Who knows? Yang akan selalu tetap sayang, yang akan selalu tetap ada yang yang akan selalu menjadi seseorang yang mencintaimu dan takkan pernah merubah kasih nya adalah Dia, yang menciptakanmu. Yang menginginkanmu hidup di dunia ini dengan kebaikan dan kasih Nya. 
Apakah kau ingn menorehkan tinta hitam di kertas dosamu hanya untuk segores nilai? RUGI. Sangatlah merugi mereka yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, tanpa memperhatikan dosa apa yang akan mereka peroleh. Sungguh mereka orang-orang yang akan merugi.Jika kita tidak ingin menjadi orang yang merugi kuncinya adalah membiasakan diri untuk jujur sedini mungkin. Jikalah generasi kita ini belum baik, masih terjadi kecurangan disana sini, kita sebagai calon dari ayah dan ibu generasi peneruslah yang wajib memperbaiki. Memperbaiki mereka berarti kita harus memperbaiki diri sendiri.  

Jadikanlah kejujuran itu bekalmu, akar dari nadimu, sesuatu yang berjiwa dengan jiwamu. Sesuatu yang harus kau junjung tinggi dimanapun itu. Jadikanlah ia sahabatmu, yang akan menemanimu kemanapun ceritamu pergi. Yang akan menjadi kenangan di setiap hati orang yang kau temui. Karena setiap hidup itu cerita. Maka buatlah cerita yang indah. 
Cerita yang indah tak selalu harus cerita yang penuh kemudahan, penuh harta. Tapi cukup cerita dimana ada seseorang yang mempunya hati yang bersih dan jujur. Dan lebih dari itu. Seseorang yang tidak hanya memikirkan perutnya, tapi keadaan lingkungannya,dan seseorang yang tidak menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannnya. 

Yeah saya rasa gambar ini benar. Karena Tuhan tidak buta, Tuhan Maha tau bahkan apa yang ada di palung hatimu. Tuhan menilai proses, bukan hanya hasil akhir yang kau dapatkan. 
Selamat berjuang, untuk menata hati menjadi hati yang lebih bersih dari biasanya. Selamat berjuang, mahasiswa yang tidak kalap dan tak mau jadi kecebong koruptor. Selamat dan salam untuk kita semua. 

You May Also Like

0 comments