Lika Liku Liko

by - 5/23/2014

Ini sedikit sepenggal kisah. Tentang sebuah lingkaran. Bukan lingkaran biasa, namun yang tidak bisa dilihat hanya dengan mata indera kita, haruslah mata hati yang mengendalikannya. Lingkaran yang terbentuk dari banyak kepala dan kepalan tangan, namun bersatu membentuk suatu benteng pertahanan iman. 

Liko pertama yang aku jalani saat SMK, dan pertama dan terakhir kalinya ikut liko saat itu. Membahas tentang hadist kecil yang bisa diamalkan. Aku ingat. Aku liqo dan masih tanpa jilbab.Kemudian liqo itu hilang dimakan zaman. Kurangnya pemahaman dan cinta itu sendiri.

Kembali di kampus yang baru. Dengan sosok elis yang baru. Elis yang berbeda dari masa lalunya. Ah.. Allah memperkenalkan seorang murobbi cantik dari Medan. Tutur katanya yang lembut dan senyumnya yang manis tiada terkira menghanyutkan hati ini. Satu tahun mentoring sudah aku jalani dengan suka cita. Hal baru, ilmu baru, dan segalanya yang dikaji di mentoring itu begitu membekas nyata. Dan nyatanya? Kami sampai di persimpangan jalan.

Well, waktu adalah sesuatu yang takkan terganti. Sesal membuncah ketika kami dipisahkan. Apalagi murabbi cantik itu kini makin sulit ditemui senyumnya. Sedikit sesal karena kemalasan melangkahkan kaki ini untuk membentuk lingkaran cinta yang didera luapan peluh dalam tugas kuliah. Ah... malasnya... Alasan lelah itu memalukan sekali. Persimpangan memang harus terjadi. Dan dilema itu ada.

LANJUT/TIDAK?

Lanjut. Apakah engkau tidak bisa, menyisihkan 2 jam dari 56 Jam kerjamu dalam seminggu untuk mengejar ilmu akhirat? Ataukah...56 jam kerja seminggumu itu akan kau gunakan untuk mengejar ilmu dunia saja?
Ada tanda tanya besar yang tercipta ketika teman-teman lain tidak melanjutkan jalan ini. Sebenarnya apa yang ada di pikiran mereka?

"Belajar agama nggak harus lewat mentoring kok. Yang lain juga banyak"
Iya aku tau, tapi apakah kau tau, ini adalah salah satu paksaan untuk meluangkan waktu itu. Apakah kau berani yakin dalam seminggu itu kau bisa charge imanmu dengan ikut 1 kali kajian islam di kampus? Kalo aku sih nggak yakin sanggup..

"Aku nggak mau ganti murobbi. Aku mau murobbinya tetep"
Memang apa salahnya ganti murobbi? Kan sudah satu tahun, takutnya bosan. Ilmu murobbi kan juga berbeda-beda makanya di mix supaya ilmu yang didapat dari banyak sumber yang luar biasa..

Beberapa alasan mahasiswa untuk melanjutkan mentoringnya...Sayang sekali... Mereka membuang salah satu jalan akses menuju surga...

New Book...
Murobbi baru. Teman-teman baru. Murobbi cantik yang berprofesi sebagai dosen TI itu kini menggantikan murobbiku yang dulu. Pembawaannya yang lemah lembut dan rendah hati sungguh menggodaku. Serta teman-teman yang kebanyakan berlatar belakang ADK. Sedangkan aku? ADK kelas rendah. Malu? sempat... Tapi... Bukankah yang malu itu harusnya yang tidak lanjut mentoring? Bukankah yang malu itu yang tidak dapat menyisihkan 2 jam dari 56 jam kerjanya untuk mengenal Allah lebih jauh? Ku buang jauh-jauh perasaan malu itu.

Meskipun tak ayal cobaan-cobaan itu selalu datang. Ya bukankah memang setiap satu langkah kita mendekat padaNya, akan ada 1000 syetan yang berusaha menggagalkan? Males, capek, tugas kuliah, dan tantangan liqo yang sedikit berbeda dari kelompok dulu. Ketika liqo ini kita masing-masing harus mencari materi dan mendakwahkan kepada anggota lain. Belajar :). Dan ketika stress melanda karena hapalan suratan yang tak kunjung tiada. Setiap liqo harus punya progress hafalan surat. Ini lah kadang yang buat stress :'). Dan alasan lupa atau terlambat yang masih saja syetan bisikan untuk menggugurkan langkah ini.

Rasa kurang nyaman dengan kelompok baru, dan anggota yang berbeda-beda, anggota yang hilang-hilangan termasuk aku hihi. Namun ternyata ukhuwah itu memang ada. Cinta karena Allah itu benar nyatanya. Cinta itu tumbuh layaknya embun di pagi hari Bandung ini. Lembut tak terasa menggores hati. Ketika rindu ini mulai menyelimuti, wajah wajah sejuk itu tak mau berhenti menghinggapi.

Akhirnya seiring berjalannya waktu yang menuntun itu, cinta yang kian tumbuh menjadi perasaan sayang dan rindu. Liqo kami bukan hanya sekadar liqo, namun bisa jadi tempat sharing, belajar, dan menampar diri sendiri. Kadang memang kita harus ditampar dengan hadist-hadist yang belum kita ketahui. Kadang memang kita butuh kucuran ilmu agama yang sebelumnya belum diketahui diri ini.




Hanya 2 dari 56 jam...
Luangkanlah waktumu untuk kebaikan sebelum waktumu dihabiskan oleh hal yang kurang baik.

Setidaknya dalam dua jam itu kau dijamin akan menyentuh al-quranmu, apabila memang dalam seminggu itu begitu aktifitas dan mungkin arahan syetan yang kian menjauhkan.

Setidaknya dalam dua jam itu kau meluangkan waktumu untuk Dia yang sangat mencintaimu

Setidaknya dalam dua jam itu kau akan ditampar dan diingatkan mengapa terlalu jauh dari Rabbmu

setidaknya dalam dua jam itu kau terbebas dari sejuta beban yang ada di pundak kecil itu

dan setidaknya dalam dua jam itu kau bisa charge imanmu yang lemah itu



“Barangsiapa tidak menyibukkan diri dengan kebaikan, Allah akan menyibukkannya dengan kemaksiatan…”
-Imam Syafi’i



You May Also Like

0 comments