Ketika

by - 1/31/2014

Ketika malam kelam. Mendung tak berarti hujan. Orang yang ada dengan kita saat ini bukan berarti akan menjadi seseorang yang kita nikahi nanti. Dan orang yang kita nikahi nanti, bukan berarti orang yang kita cintai. Ah mudah-mudahan ini tidak terjadi, kata sahabatku si manusia bukit.

"Cinta itu ngga bisa dipaksa. Entah apapun alasannya. Entah kasihan atau sebagainya, itu bukan cinta. Cinta itu sesuatu yang hadir tanpa paksaan."


Begitu ucapnya. Ketika ku pikir itu ada benarnya. Sungguh memang yang namanya hati itu tidak dapat dipaksa. Kita bisa memilih orang yang akan kita nikahi, tapi kita tidak dapat memilih orang yang ada di hati kita.

“Hati tidak memilih. Hati dipilih. Karena hati tidak perlu memilih, ia selalu tahu kemana harus berlabuh”
Dee

Sungguh, yang namanya hati itu adalah sesuatu yang luar biasa, dia bisa tau kemana akan berlabuh. Kita bisa menjadi seorang pemaksa untuk bersama orang lain, untuk tetap bertahan di sepetak tanah yang ada, tapi hati, ia akan berlabuh ke tempat yang ia mau, tak peduli sekeras apapun usahamu, sungguh. Dan aku tau rasanya sakit hati itu. Aku tau rasanya kehilangan orang karena kehadiran orang lain. Aku tau. Dan aku tak ingin menjadi orang yang seperti itu, aku tau rasanya. Tapi gimana?

"Mau ngga mau kamu harus jujur, kamu harus berani. Mau sampe kapan, yang namanya hati nggak bisa dipaksa."

Sungguh, memaksakan diri dan hati kita adalah perbuatan keji. Sampai sekuat apapun usahamu, ia tak akan berhasil. Kau bisa memaksa dirimu, tapi tidak dengan hatimu. Hati punya jalannya sendiri.

You May Also Like

0 comments