Mas, memilihmu tidak sederhana.
by
Elistiana Siswanti
- 4/25/2017
Mas, aku menyukai hal-hal
sederhana. Dan aku ingin juga bahagia melalui hal-hal sederhana. Seperti
senyuman pertamamu itu, yang masih sangat aku ingat, teramat sederhana.
Meskipun aku tau, kini, efeknya sangat tidak sederhana. Mas, menikah adalah hal
sederhana. Namun keputusanku menikahimu adalah bukan keputusan yang sederhana.
Kau perlu tau, memberikanmu
keputusan untuk mau menikah bukanlah hal yang mudah. Ada banyak hal yang harus
aku kaji ulang, aku pikirkan, dan aku telaah lebih dalam dari biasanya. Menikah
adalah suatu keputusan yang akan aku jalani resiko dan keuntungannya seumur
hidupku, setidaknya itulah harapan yang akan aku usahakan menjadi sebuah
tujuan. Tujuan untuk melanggengkan pernikahan kita sampai ujung waktu. Dan
keputusanku memilihmu bukanlah keputusan asal-asalan, yang bisa aku ucapkan
tanpa memikirkan apapun.
Keputusanku menikahimu adalah
sebuah hasil dari pemikiran-pemikiran panjang, disertai dengan doa-doa yang
secara khusus aku panjatkan. Aku tidak ingin salah pilih, Mas. Maka dari itu,
bantulah aku dalam mengabulkan doa-doaku itu, bahwa aku tidak salah pilih.
Mas, menjadi dirimu yang telah
aku pilih kini, kamu boleh bersyukur sebanyak-banyaknya. Bahwa memang aku tidak
serta merta menjadikan kata “iya” padamu. Aku benar-benar mengkaji itu semua.
Banyak hal menakutkan yang selalu aku pikirkan. Banyak andai-andai yang
terlintas di hatiku, akan engkau. Kadang aku takut apakah benar engkau,
laki-laki yang diciptakan Tuhan untuk melengkapi separuh jiwaku. Apakah benar
engkau, laki-laki dari sekian laki-laki yang mengusahakanku dengan cara yang
benar. Dan memang setelah melalui banyak proses, aku tau bahwa ternyata engkau,
laki-laki yang mendapatkan kepercayaan Papa.
Kau tau kan, Mas, aku bukanlah
perempuan yang mudah diatur. Aku tau benar Papa tidak akan memberikan tugas
sebesar ini pada laki-laki sembarangan. Ia banyak sekali berpikir, Mas. Ia
benar-benar menimbang apakah engkaulah yang akan membersamaiku menggapai masa
depan. Apakah engkau kelak bisa menjanjikan masa depan yang lebih baik dari
beliau saat ini, yang sudah ia berikan lebih dari dua puluh tiga tahun
terakhir. Apakah engkau bisa memberikanku nasi yang lebih baik dari yang ia
berikan, apakah engkau bisa memberikan perlindungan lebih dari yang ia berikan,
dan apakah engkau bisa membimbingku lebih baik dari yang sekarang ia lakukan.
Aku benar-benar melihat kerisauannya di dalam tatapan-tatapannya yang dalam
saat aku bercerita soal engkau. Untuk itu aku mohon Mas, bantulah Ia dalam
mengatasi kerisauannya selama ini. Yakinkanlah bahwa ia memberikan tanggung
jawab pada orang yang benar. Bahwa ia
memberikan putri satu-satunya ini pada tangan laki-laki yang tepat.
Namun akhirnya aku tau, dengan mengetahui bahwa Allah sangat mengetahui
sesuatu yang terbaik itu sudah cukup membuatku tidak perlu khawatir pada banyak
hal.
Ketika aku memilihmu, aku
benar-benar telah memikirkannya dengan baik, insya Allah. Sebab memilih dan
menentukan pasangan hidup benar-tidak sederhana, tidak sekadar tampan, sekadar
pintar, sekadar kaya, sekadar terkenal. Pasangan yang bisa menjadi pakaian bagi
diri kita, yang nyaman kita kenakan, yang membuat kita leluasa, aman, lagi
terjaga. Aku beharap kita bisa menjadi pasangan yang pandai menjaga dan
terjaga, pandai melindungi dan terlindungi. Hal-hal yang tidak bisa dikalahkan
oleh kecantikan, ketampanan, kekayaan, dan segala atribut yang tampak oleh
mata.